Wednesday, June 15, 2016

Aku lelah

Halo kamu,
Aku sangat benci mengingat senyummu. Aku benci menyadari bahwa aku masih jatuh cinta dengan senyum itu. Aku benci mengingat setiap lekuk wajahmu, mata sipitmu, alismu yang menyatu, dan bibir tebalmu yang masih saja membuatku enggan berpaling. Aku benci menerima kenyataan bahwa hari ini dan mungkin nanti, aku tidak lagi punya kesempatan untuk memandangimu.




Setelah aku dengan tersirat memintamu pergi, tentu ada yang berbeda. Kamu tidak tahu, aku ingin mengirimimu pesan, tapi aku tak kuasa. Kamu tidak mengerti hari – hari yang kurasa semakin sepi karena tidak bisa bertemu denganmu lagi, Kamu tidak paham bagaimana bodohnya aku merindukan caramu memelukku, merangkulku, menenangkanku ketika aku menangis, dan aku selalu percaya begitu saja pada kata – katamu (yang disisi lalin diriku, itu semua ku anggap bullshit) seakan kamu mengintip masa depanku.

Aku selalu percaya begitu mudah, saat kamu bilang cinta, dan menjadikanku salah satu diantara gadis – gadismu. Aku luluh begitu saja, ketika kamu mengatakan cinta pertemuan akhir di pertengahan desember itu. Dan aku goyah begitu saja ketika kamu memelukku dan meyakinkan diriku bahwa aku memilikimu. Aku menerima begitu saja, ketika kamu lebih mementingan gadis lain dibanding aku. Aku menurut begitu saja ketika kamu menganggapku biasa di depan teman – temanmu, ketika kamu menyembunyikan aku dari sorotan mata dunia. Aku percaya padamu, terlalu percaya, terlalu cinta--- dan bagiku itu sebuah masalah

Aku percaya kamu bisa membahagiakanku, aku percaya sepenuh hati, bahwa sebenarnya kamu hanya mencintaiku, namun kamu tak mungkin meninggalkan gadis – gadismu karena kamu tak tega menyakiti mereka. Aku percaya, semua rasa mengalah yang aku berikan, semua air mata yang terjatuh saat aku bimbang karenamu, akan segera berganti menjadi kedamaian. Aku tidak mengerti mengapa aku percaya padamu semudah itu. Aku melihat dalam dirimu, ada kesamaan diantara kita. Aku mencintai dirimu, dan kamu mencintai dirimu sendiri. Aku percaya padamu dan telah menjadikanmu separuh diriku, dan setelah keputusanku. Aku tau, aku menjalani hari sebagai aku yang tak utuh

Sehari setelah aku mengatakan kita selesai, masih ku rasa aku tak begitu yakin meninggalkanmu. Hal itu masih terjadi dan sangatlah tidak asing, setelah berkali – kali aku mencoba meninggalkanmu. Ketika semua tentangmu mulai ku hapus dari memori laptop & handphoneku. Seringkali, terbesit pikiranku untuk memintamu kembali, tetapi aku sadar diri, aku tidak bisa selalu berada dan bersaing dengan gadis – gadismu. Aku hanya berdosa jidka aku menginginkanmu meninggalkan mereka dan hidup baru bersamaku. Aku tak sekuat itu dan tak mau sejahat itu.

Kamu ingat? Malam hari, kamu marah besar padaku. Kamu mengutarakan kekecewaanmu karena kamu merasa aku mengingkar janji. Kamu tak suka aku berbagi beban pada sahabatku ketika kamu sendiri tak mau mendengarkan keluh kesahku, aku mengerti bebanmu telah banyak. Kamu banyak masalah, dan aku tak mau membagi bebanku padamu. Tapi, aku juga tak kuat menahannya sendiri.

Kamu tahu, malam itu, aku menangis membaca pesanmu dengan perasaan hancur. Hari itu aku menyadari kamu dengan gampangnya mengusirku, aku menyadari bahwa sebenarnya kamu tidak membutuhkanku lebih dari sekedar teman yang mengisi kekosonganmu. Malam itu, ketika kamu marah besar terhadapku, aku ragu kisah kita berakhir seperti yang kita harapkan

Mungkin kamu bertanya, mengapa aku kerap kali melampiaskanmu di dalam tulisanku. Karena aku, tak mungkin cerita pada sahabat – sahabatku bahwa aku masih sangat mencintai kamu, karena aku tak mungkin berkata aku bahagia mencintai kamu. Kalau saja mereka tahu, mereka pasti menyuruhku untuk segera pergi, sedangkan di titik itu, aku masih sangat mencintaimu.
:)
Kamu terlalu takut kehilangan gadis – gadismu, sedangkan kamu tak pernah takut kehilangan aku. Karena bagimu, untuk mendapatkan perempuan sepertiku, bisa kamu lakukan dengan jentikan jari. Karena bagimu, untuk mendapatkan teman senang-senang, yang bisa kaupeluk dan kaurangkul, bukanlah hal yang sulit dilakukan. Sayangnya, aku terlalu bodoh menyadari di awal. Aku tidak bisa sejahat untuk menganggapmu hanya sekadar teman senang-senang. Aku tidak bisa untuk tidak melibatkan perasaan dalam hubungan kita. Apalagi di dukung oleh caramu yang serius menatapku, caramu berkata cinta padaku, caramu memelukku dengan pelukan tidak ingin kehilangan.

Aku tidak bisa menjadi jahat ketika aku jatuh cinta padamu, meskipun dari awal kamu telah begitu jahat untuk menjadikanku, bahkan memintaku bersabar disaat kamu memiliki sekian gadis. Namun, sebenarnya, saat aku mengiyakan keinginanmu itu, hari itu juga sebenarnya aku sudah menjadi setan jahat, yang cepat atau lambat akan menyakiti hati gadis - gadismu. Hari itu, aku berpikir, sah-sah saja kamu memiliki banyak gadis, karena pada akhirnya kamu akan tetap memilihku.

Setiap aku memilih mengakhiri, melepaskanmu pergi, dan hidup dengan rasa sakit hatiku sendiri. Kamu berkata kamu tidak ingin aku pergi. Aku yakin, itu hanyalah kalimat penghiburan semata, karena kamupun juga kaget ketika tahu ternyata aku punya kekuatan sebesar itu untuk meninggalkanmu. Kamu tentu begitu percaya diri bahwa aku tidak akan memintamu pergi dan bertahan menjadi yang kesekian. Tapi, wahai Sayangku-yang-aku-cintai-karena-kelemahanku-itu, aku ingin memberitahu padamu, rasa memiliki dirimu kian hari kian besar, rasa ingin menghancurkan hubunganmu dengan setiap gadis yang kamu punya semakin tergambar jelas di otakku, iblis dalam diriku kian menguat dan bertumbuh. Kita mengawali semua dengan buruk, dan inilah saatnya aku mengakhiri semua dengan baik.

Melepaskanmu pergi adalah keputusan yang kupilih. Kamu berkata bahwa kamu tidak menginginkan ku pergi. Namun, nyatanya, perkataanmu tidak terbukti sama sekali. Kamu tetap tidak terusik dan bisa menganggap aku tidak pernah ada dalam hidupmu. Tapi, aku berjalan sendirian, meninggalkan kamu yang di belakang, dan kembali menata hatiku yang telah kauhancurkan. Jadi, aku tidak perlu berpanjang lebar, siapa yang sebenarnya sakit di sini.

Aku tahu, Tuhan pasti menyembuhkanku. Aku yakin, waktu akan perbaiki semua. Apa kamu penasaran mengapa aku bersedia bersabar denganmu?


0 comments:

Post a Comment

 
Sayuki Yuno ☮ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template