Aku sedang terjebak dalam permainan waktu yang menyedihkan. Permainan yang membawaku kembali pada hari dimana aku menerima pesan darimu di facebookku, 26 juni 2014. Semuanya begitu jelas berputar di depanku, bagaimana reaksiku menerima pesanmu waktu itu... Ku pikir, aku sedang tertawa karena pesanmu begitu konyol.
Dilangit Karawaci yang sedang hujan deras, aku meneguk susu coklat favorite-ku akhir - akhir ini. Hangat, tapi hampa ketika kamu tidak berada disampingku. Dan, suara Shiramiu dengan translyricnya, menyesakkanku.
Setelah chat - chat konyol itu, kita bertemu. Hari itu aku menemukan seorang cowok bermata sipit, kurus, putih, dan beralis tebal (yang ku pikir akan segera menyatu) sedang menungguku dengan memerhatikan kameranya, dan kalau saja kamu mau mendengarkanku, saat aku menghampirimu dan mata kita bertemu, aku telah jatuh cinta padamu saat itu. Aku tak tau bagaimana, aku hanya terhanyut dalam setiap pembicaraan kita yang seakan tak pernah kehabisan bahan celotehan. Aku langsung jatuh cinta pada caramu tersenyum, pada suara tawamu, dan caramu memanggil namaku. Lugu ya?
Setelah pertemuan itu.. Kamu berubah menjadi seseorang yang pesannya selalu ku tunggu. Kamu berubah menjadi seseorang yang pesannya membuatku tersenyum dengan bodoh. :)
Setelah itu kamu menjadikanku milikmu, dengan cara yang selalu ku jelaskan dalam setiap postku tentang mu.
Aku ditarik ke dalam dimensi waktu yang berbeda.
.
.
.
.
Dihari kamu mengakhiri status kita.
Aku terpuruk. Aku menangis. Dan semuanya berubah. Kamu memintaku untuk pergi dari hidupmu dan dengan cepatnya kamu telah memiliki gadis baru. Oh, aku sangat teriris mengenang hal ini.
Aku pergi-mencobauntukpergi, yang pada akhirnya kamu tahan dengan kehadiranmu lagi. Dengan pernyataan "I still love you, and always", aku luluh. Walaupun kamu tak memberikanku status apapun, aku luluh.
:)
Sejak saat itu, aku pun telah menyerah memaksakan agar kita segerah memiliki status, tetapi aku masih marah ketika kamu bersama yang lain, kamu tahu itu dan yang selalu kamu lakukan adalah "Aku cuma sayangnya sama kamu" atau "Aku tidak seserius sama kamu kalau aku dengan yang lain". Dengan jarak yang sejauh ini, kata - kata seakan menangkap kesedihan itu dan memelukku elat. Aku bingung, aku tak bisa menolak itu. "Peluk" yang bukan hakku, "peluk" yang bukan milikku. Rasanya sangat tak adil.
Aku sudah membayangkan suatu hari akan mengenalkanmu pada papa & mamaku. Aku sudah berharap bisa membawamu serta dalam 'Sumpah Dokter'ku nanti. Aku sudah membayangkan bahagianya bisa kembali berada dalm status hubungan yang spesial denganmu. Kamu membuatku terbiasa dengan pelukmu, dengan hangat kecupmu, dengan tingkah konyol yang selalu kamu tunjukkan padaku, dengan hal - hal menyenangkan yang hanya kita berdua yang tau, dengan segalah hall bodoh yang membuat aku bisa menjadi diriku sendiri ketika bersamamu, namun mengapa yang kamu lihat adalah perempuan yang sedang bersamamu mengungkapkan hal yang sama? Ah....
Hingga hari ini, aku masih merasa semua tidak adil. Kamu bilang kamu mencintaiku, tapi semalam pertengkaran kita membuat hubungan kita seperti akan berakhir. Dengan alasan aku sama saja dengan yang lain, mengecewakanmu. Ah....
Andai saja kamu tahu, aku masih mencintaimu sedalam ketika pertama kali bertemu, bahkan lebih. Aku masih mencintaimu, sekuat ketika pertama kali mengecup keningku. Aku masih mencintaimu, semagis ketika pertama kali kamu menyebutku 'syg'. Aku masih mencintaimu, seperti pertama kali pelukmu benar - benar menghangatkanku. Aku masih mencintaimu, bahkan ketika kamu memilih untuk membuatku pergi dengan alasan yang tak dapat ku mengerti.
Aku takut merasa kehilangan, meskipun kamu bukan milikku. Aku merasa kehilangan, kehilangan harapan yang sudah susah payah ku bangun untukmu.
Kembalilah padaku ketika kamu bosan dengan perempuan yang mengelilingimu. Aku akan tetap sebodoh itu, mencintaimu tanpa mengemis status dan kejelasan hubungan kita. Kembalilah padaku, jika mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan dan peluk yang cukup hangat untukmu. Aku akan tetap sebodoh ini, yang merindukanmu dalamm diam dan sunyi. Kembali padaku, jika dia tak bisa menjaga perasaanmu. Karena aku tetap menunggmu di belakang sini, tetap menjadi aku yang tolol--yang menunggu kamu pulang.
Tapi, dapatkah aku memohon satu hal?
Ketika kamu kembali, jangan pernah pergi lagi.
Ketika kamu kembali, jangan pernah pergi lagi.
0 comments:
Post a Comment