Prisoner
Genre:
Hurt
Disclaimer
: Detective Conan © Aoyama Gosho
Prisoner © Toge Hattori
Pairing
: KaitoxAoko
Warning
: Abal, OOC, Typo, de-el-el
Summary
: God, if this is the end.
Let me speak with that girl. In that small, dark room that was closed.
Only that pained voice resounds.
Still I at least would've
liked to have known just your name...
Dunia luar yang bebas
sudah tak mungkin bagiku. Cahaya matahari pun hanya terbatas ku capai.
Dibelakang ruangan ini aku masih bisa melihat semak – semak yang selalu ditiup
angin, cukup rasanya untuk menghapus secuil bosanku. Iya, aku seorang
narapidana.
6 bulan lalu, 3 minggu
setelah kebebasanku dirampas, aku melihatnya. Bunga yang mekar diantara rumput
– rumput yang selalu bergerak karna angin yang menyapaku. Cantik. Aku
melihatnya berjalan sekeliling didaerah itu dan melihat – lihat. Aku tak tau
apa yang dipikirkannya. Yang aku tahu, aku mengharapkannya. Mulai mencintainya.
Ya, pada bunga cantik dengan seragam sekolahnya.
Aku tahu aku ini bodoh,
seseorang sepertinya tak mungkin bersamaku. Dia dan aku yang kotor ini? Sudah
pasti terdapat jurang, dalam dan lebar. Aku tak bisa menggapainya. Malang
sekali diriku ini. Setidaknya aku hanya ingin berbicara padanya walau aku tahu
ini mustahil. Maka aku hanya bisa menulis sebuah surat yang bertanda sebuah
perkenalan dengan gadis cantik itu. Aku tak pernah peduli apakah ia merespon
atau tidak, aku hanya menyampaikan rasaku padanya selama 6 bulan ini.
Disini tak ada kotak
pos, karena itu, aku mengubah suratku menjadi sebuah pesawat kertas dan
membiarkan angin menentukannya. “Terbanglah, tibalah padanya dan hapuskan
pembatas antara kami” kataku saat jemariku mulai menerbangkannya.
Keesokkan harinya, aku
menuju belakang ruangan gelapku. Tetap saja, disini terdapat pagar yang lebar
dan tinggi untuk menghalang pidana sepertiku untuk kabur. Tetapi aku tak pernah
berniat untuk pergi dari sini, aku harus tetap menebus kesalahan yang ku
lakukan, aku kesini hanya untuk mencari jawaban suratku. Apa ada? Aku berharap.
Aku terus mencari sampai jam makan siang telah tiba. Aku memutuskan untuk
berhenti sejenak sampai ketika benda putih itu jatuh dihadapanku. Sebuah
pesawat kertas. Inikah balasan suratku?
Ini terus berlanjut.
Setiap hari, aku mencari ditempat yang sama, mencari balasannya. Pesawat
kertasnya adalah kebahagiaanku setelah beberapa bulan yang lalu. Aku yakin,
jika dia tetap disampingku, walaupun tak secara nyata, tapi bagiku dengan
melihatnya sebentar saja ditiap harinya, aku akan tersenyum.
Yakinlah,
aku akan bersamamu saat kau bebas nanti
Kalimat itu adalah
balasannya hari ini. Aku tahu itu bohong, aku tak mungkin bebas, tapi aku
bahagia, untuk hari ini aku bisa tersenyum. Aku tak berharap banyak, tapi
akankah dia akan datang kesini dan berbicara denganku? Agar aku dapat
menyampaikan rasa sayang ini secara langsung. Itu takkan terjadi, aku tahu,
tapi aku tetap bahagia, selalu bahagia setiap harinya karna dia. Karna
suratnya. Dia seperti memberi kebahagiaan pada pikiranku, dalam hidupku.
Hari ini, aku tetap
pada kebiasaanku, mencari balasannya, angin yang berhembus selalu mebuat
pesawat kertas itu tidak diam pada tempat yang tetap, ya membuatku harus
berusaha setiap harinya untuk mencari tempat – tempat pendaratan bagi surat
itu.
Aku
yakin kamu akan bebas, tapi maaf, aku tak dapat menepati janjiku. Aku harus
pergi, aku pindah keluar negeri, Perth. Kau tau Perth kan?Aku tak tahu aku akan
kembali atau tidak. Tapi aku akan berusaha untuk itu.
Hari ini, itu yang
telah ku dapat. Seperti terkena sebuah petir hebat diantara teriknya matahari.
Dia pergi? Aku menulis balasan surat itu. Aku tak tahu, dia masih bisa
menerimanya atau tidak, tapi semoga keberuntungan di pihakku,
Oke,
tak apa. Selamat tinggal. Aku mencintaimu. Aku Kuroba Kaito. Namamu?
Aku sudah biasa jika disiksa
setiap hari. Entah karena keajaiban apa, aku masih bisa hidup sampai hari ini.
Tapi karenanya? Aku baru menangis sejadi – jadinya. Aku tertampar oleh sebuah
kenyataan pahit, dia takkan kulihat lagi, dia takkan memberiku semangat lagi,
dia sekarang akan pergi. Dan aku? Aku takkan bisa memanggilnya, mengikutinya,
menggapainya. Aku takkan pernah bisa. Padahal, aku telah yakin aku akan memenangkan
masa depanku bersamanya, aku yakin aku akan tersenyum setiap hari, tapi
sekarang? Aku kalah terhadap duniaku. Ya, yang dapat ku lakukan hanya
mengenangnya dengan surat – suratnya. Aku masih menangisi dia yang sampai saat
ini tak ku ketahui namanya. Aku terus menangis, hatiku begitu sakit.
Mereka
–narapidana yang lain- yang datang menghampiriku saat ini tak tau rasanya. Mereka
yang dengan seenaknya merampas tulisannya dariku. Merobeknya, dan membuangnya
dengan mudahnya. Mereka pantas untuk mendapat hukuman karena ini kan? Aku rela
mengotori tanganku lagi demi dia.
Mereka tergeletak
begitu saja. ‘Hey! Apa yang kau lakukan hah? Balas aku!’ aku meneriaki mereka
seolah mereka masih ada. Karenaku, darah mereka dimana – mana akibat luka yang
ku torehkan. Menyesal? Aku sudah tak punya penyesalan dalam hidupku. Ini salah
mereka! Dan aku sudah tak takut jika kematian yang dijadwalkan untukku akan
datang lebih cepat karena ini. Karena, di dunia ini sudah tak ada yang ku
harapkan.
***
Seperti dugaanku,
hukuman matiku datang lebih cepat. Dia pun tak kunjung datang juga, aku tahu
ini akan terjadi, dan aku sedikit tidak menyesal. Kini, aku menunggu
diruanganku yang biasa untuk menunggu jemputan. Ya, aku akan dibebaskan dari
sini dan akan dikurung diruangan eksekusi selama 3 hari. Seperti kataku tadi,
aku sudah tak punya penyesalan dalam hidupku, walaupun begitu, hatiku tetap
berteriak ‘Mengapa?’, dan salah satu sisiku tetap berharap ingin hidup lebih
lama untuk menunggunya kembali. Jujur, aku merindukannya.
***
3 hari aku diam dalam
ruangan yang lebih krisis cahaya, dan 3 hari itu pun banyak kenangan manis
bersamanya lewat begitu saja dihadapan mataku. Namun, dia tak juga kembali
karena dunia kami memang berbeda. Kini, ditengah ruangan gelap ini, suaraku
mengisi seluruh ruangan.
Tuhan!
Jika ini kesempatanku yang terakhir,
Aku mohon, aku ingin bicara dengannya
Tak bisakah kau dengar suara rintihku yang selalu mengharapkannya?
Satukan dunia kami, ku mohon!!
Aku mohon, aku ingin bicara dengannya
Tak bisakah kau dengar suara rintihku yang selalu mengharapkannya?
Satukan dunia kami, ku mohon!!
Aku hanya bisa meminta
pada Tuhan dengan 4 kalimat itu saja, aku sudah begitu lelah, aku ingin cepat pergi
sekarang. Sepertinya, Tuhan memang mau memanggilku sekarang, buktinya, seorang
petugas datang dan menutup mataku. Ia menggiringku sejauh 1 km. Aku tak tahu
aku dimana sekarang. Tapi aku tetap bisa mendengar suara senjata yang sudah
bersiap menembakku. Ini saat terakhirku. Dan sekali lagi, aku menangis. Hatiku
dan pikiranku begitu sakit.
“Hey! Kenapa menangis?
Ada pesan terakhir?” Salah seorang petugas menanyakanku.“Ah iya, aku hanya begitu sakit. Hati dan pikiranku. Tapi tak usah kau
pikirkan. Pesanku, jika nanti ada gadis berambut sebahu mencariku, berikan dia
sebuah surat yang ada diruang tahanku. Itu saja.” Jawabku lirih.
“Ada lagi?” tanya petugas itu lagi
“Di kesempatan terakhirku, aku hanya ingin tau namanya. Itu saja. Sekarang tembaklah aku”
“Di kesempatan terakhirku, aku hanya ingin tau namanya. Itu saja. Sekarang tembaklah aku”
DOR!
Aku tersenyum, akhirnya hidupku berakhir juga. Aku merindukanmu, bunga cantikku.
Aku tersenyum, akhirnya hidupku berakhir juga. Aku merindukanmu, bunga cantikku.
***
2
tahun kemudian
“Ah, sudah 2 tahun ya!
Apa kabar dengan rumput – rumput belakang penjara? Dia gimana ya? Pasti sudah
lama menungguku” seorang gadis berambut sebahu yang baru saja tiba dari Perth
segera mengambil sepedanya dan melaju meninggalkan rumahnya.
***
Gadis itu terpukau terhadap apa yang dilihatnya, rumput yang hijau dulu, kini penuh dengan Bunga liar yang berwarna – warni. Ia mengitari sekitar, mengenang masa lalunya saat ia menerima surat – surat itu. Sebuah sensasi pada hatinya. Senang. Mungkin 1 kata yang cukup menggambarkan suasana hatinya. Ia tetap mengingat semuanya, sampai kakinya terhenti karna menginjak sebuah pesawat kertas yang sudah usang dan sedikit basah.
Gadis itu terpukau terhadap apa yang dilihatnya, rumput yang hijau dulu, kini penuh dengan Bunga liar yang berwarna – warni. Ia mengitari sekitar, mengenang masa lalunya saat ia menerima surat – surat itu. Sebuah sensasi pada hatinya. Senang. Mungkin 1 kata yang cukup menggambarkan suasana hatinya. Ia tetap mengingat semuanya, sampai kakinya terhenti karna menginjak sebuah pesawat kertas yang sudah usang dan sedikit basah.
Oke,
tak apa. Selamat tinggal. Aku mencintaimu. Aku Kuroba Kaito. Namamu?
Begitu surat itu
berkata, gadis itu menuju pada wajah sendunya. Wajahnya menceritakan kerinduan
yang mendalam, sepertinya ia tahu siapa yang mengirimnya. Gadis itu terdiam
sejenak lalu berlari menuju gerbang penjara yang ada disana, dengan tergesa –
gesa, ia ingin sekali menyampaikan jawaban dari pertanyaannya. Hanya satu pertanyaan
yang terlintas di pikirannya selama ia berlari, ‘pemuda itu masih disana kah?
Atau sudah bebas?’
Perasaan lega
menyambutnya saat ia telah menginjakkan kaki pada bagian depan penjara itu.
Hingga seorang petugas menanyakan tujuannya.
“ada yang bisa saya
bantu nona?”
“Aku ingin membesuk Kuroba Kaito. Dimana ruangannya?” Ia terlihat bersemangat.
“Kuroba Kaito? Oh, dia sudah ditembak mati 2 tahun lalu”
“kau … bohong kan? Katakan padaku kau bohong” gadis itu kembali menutupi wajahnya dengan surat terakhir dari pemuda yang baru ia tahu namanya, Kuroba Kaito.
“mungkin kau yang dimaksud olehnya disaat terakhir. Ia ingin tahu namamu dan ia menyuruhku memberikan sesuatu diruang tahanannya dulu” petugas itu menunjukkan lorong menuju ruangan Kaito.
“Aku ingin membesuk Kuroba Kaito. Dimana ruangannya?” Ia terlihat bersemangat.
“Kuroba Kaito? Oh, dia sudah ditembak mati 2 tahun lalu”
“kau … bohong kan? Katakan padaku kau bohong” gadis itu kembali menutupi wajahnya dengan surat terakhir dari pemuda yang baru ia tahu namanya, Kuroba Kaito.
“mungkin kau yang dimaksud olehnya disaat terakhir. Ia ingin tahu namamu dan ia menyuruhku memberikan sesuatu diruang tahanannya dulu” petugas itu menunjukkan lorong menuju ruangan Kaito.
Ditempat itu, gadis
berambut sebahu itu mengambil sebuah kertas usang penuh debu disudut ruangan
itu. Ruang tahanan Kaito sudah tak diijinkan untuk ditempati oleh narapidana.
Entah karena alasan apa, petugas disana pun tak tahu apa alasannya.
One time, at a certain place
A single prisoner
Fell in love with someone beyond the fence
It’s painful.
A single prisoner
Fell in love with someone beyond the fence
It’s painful.
Robbed of freedom
I suffer persecution
Between you and the dirty me
There is a gap
I suffer persecution
Between you and the dirty me
There is a gap
We wrote letters
Folding paper aero planes
In order to send them over the wall to each other
Folding paper aero planes
In order to send them over the wall to each other
Ah, I say that I'll be free one day even
If I know that it's a lie
If I know that it's a lie
If I had you, whatever lies there were
I felt that they all could come true
"Come over here and speak with me"
I can never convey this thought
I felt that they all could come true
"Come over here and speak with me"
I can never convey this thought
However, looking
at you,
It is my small happiness
For tomorrow
It is my small happiness
For tomorrow
Every day since then for many days and months
Your paper aero planes have been my joy
Suddenly told me that you were going far away, so bye
Your paper aero planes have been my joy
Suddenly told me that you were going far away, so bye
Ah, while in agony until today in my life
There hasn't been a day where I've cried this much
There hasn't been a day where I've cried this much
If I had you, whatever my destiny was like
I felt that I could have a smile on my face
I met you whose name I don't even know
And felt that the future would be bright
I can't call out for you , chase after you or even leave
I'm unable to
I felt that I could have a smile on my face
I met you whose name I don't even know
And felt that the future would be bright
I can't call out for you , chase after you or even leave
I'm unable to
Finally, my turn has come and you're gone now
But with no regrets in this world
My heart is screaming “why?”
I want to live just a little more
I have no hard feelings
But, in the end "I want to see you"
But with no regrets in this world
My heart is screaming “why?”
I want to live just a little more
I have no hard feelings
But, in the end "I want to see you"
The days I spent with you won't return
I recall them like they are a revolving lantern
What you gave me, one by one
Became the sustenance for me to live
I recall them like they are a revolving lantern
What you gave me, one by one
Became the sustenance for me to live
God, if this is the end
Let me speak with that girl In that small, dark room that was closed Only that pained voice resounds
My chest and breathing are in pain
Still I at least would've Liked to have known just your name... |
Kuroba Kaito
Gadis
itu menutup kembali kertas itu, setetes demi setetes melewati pipi putihnya. Dipeluknya surat itu, dan ia
menangis sejadi – jadinya. Sakit, pemuda itu pergi sebelum ia memberi tahu
namanya. Ingin ia mengulang waktu. Andai Tuhan mengijinkannya, 2 tahun lalu ia
takkan pergi, ia akan memberikan lebih lama waktu untuknya sampai ia tak
sengaja memberikan namanya pada Kaito.
“Selamat
jalan, Kaito-kun. Aku mencintaimu juga. Aku Nakamori Aoko.” Gadis itu kembali
meratapi kesedihannya.
Rise
and
Shine
TogeHattori
0 comments:
Post a Comment