Secercah harapanku
Pada sahabat
Oleh : Lisdiana ( @diiananaa )
Genre : ....
Disclaimer : Lisdiana^^
Aku sudah lama mengejar ini, ingin sekali mengambil kesempatan
ini.. walau hanya terus menerus termenung menyeret kedua kakiku... aku.. lumpuh
Tak ada yang bisa kukatakan kini, aku tak bisa berjalan.. cacian
maki temanku sudah seperti makanan sehari2. Aku sudah tidak takut, taada yg
kutakuti kini.. yg kutakuti adalah masa
depan ku, bagaimana caranya aku dapat menggapain segla cita2 ku tanpa berjalan?
Mengandakan kursi dorong yg sempit ini? Entahlah, mungkin kesempatan itu telah
enyah dari duniaku.
“karinaaaaaaa.... main yuk hahahahaha” teriak shela dan
teman-temannya dari pintu gerbang
“ohh! Enggak shela makasih! “ kataku mempercepat laju kursi rodaku
“ayolah karin, kita main sebentar kok..” ucapnya penuh rayu
Ia lalu mendorong kursi rodaku dan menabrakkannya ke sudut
tangga hingga aku terpental kedepan dan terbentur anak tangga, ketika kutoleh
mereka sedang tertawa, salah satu memegang perut mereka, merasakan geli yang
tidak habis-habisnya melihat penderitaanku
“puas?” ucapku agak menyipitkan mata
“enggaaaakkk!!! Hahaha” kata
thella di wakili dari tawaan mereka
“udah ya lumpuh, nanti kita main lagi.. daaahh” ucap shela
melambaikan tangan ke araku menaiki tangga terlebih dahulu dan disusul
temen2nya.. salah satu temannya, thisya menginjak tanganku yang terpapar di
anak tangga.. tanpa maaf, mereka berlalu begitu saja
“ahh” desis ku pelan
Tangan ku berdecit merasakan kesakitan, walau belum seberapa,
tapi ini sudah guncangan pagi hari.. aku segera merangkak ke kursi roda ku,
sekarang sudah tidak begitu susah menaiki benda ini, aku juga sebenarnya tidak
perlu membutuhkan orang lain untuk hal ini mungkin.. tapi tanpa kuminta,
seoarang wanita berambut panjang bermata indah mendekatiku, ia agak merendah
dan menatapku ringan.. terlihat bola matanya yg keungu-unguan
“mau kubantu?” katanya menyuguhkan tangan kearahku
“ahh tidak apa, aku bsa sendiri kok” kataku membalas senyumnya
tanpa keraguan
“tak apa” balasnya ringan sambil memegang tanganku, membantuku
menaiki kursi roda itu
“kamu kelas berapa? Dimana? Mau kuantar?” tawarnya kebaikan budi
itu
“ boleh, kelas 8-3 di ujung dekat laboratorium sains” jawabku
menjawab segala pertanyaannya
“baiklah, kuantar ya..” jawabnya lagi, kali ini dia dia memegang
pegangan kursi rodaku..
wanita yang mulia.. pikirku dalam hati
“oke, kita sampai” katanya gembira
“iya, terimakasih ya mau membantu.. kamu kelas berapa?” tanyaku
akrab
“kelas 8-7 disana tuh, gajauh kok” jawabnya lebih akrab,
mengulas senyum dibibir tipisnya
“okedeh, sekali lagi, makasih ya!” kataku dengan nada semangat
Dia berlari sambil mengulas senyum ke belakang, rambutnya yang
panjang itu terhempas angin, matanya yg keungu-ungu an makin terlihat ketika
matanya terlihat penuh cahaya, pipi nya yang merona terlihat dari jauh.
“tuh dia bu, si karin yang lumpuh itu” kata thella yang kemudian
diriuhkan tawa dan cacian teman2 sekelas lainnya
“sudah sudah” kata bu sysy menenangkan “kenapa telat rin?”
tanyanya lagi
“aku.. aku..” kataku terbata-bata terlihat tegang lah muka
thella, shela, dan thisya.. tapi salah satunya menatapku dengan rupa mencekam,
seolah akan membunuhku jika kukatakan yang sebenarnya
“tidak apa apa kok bu” jawab ku menyungging kan senyum
Bell pulang sekolah tiba juga, sayang aku tidak berangkat ke kantin untuk
bertemu wanita itu, aku tidak sempat jua menyanyakan namanya..
“hei!! “ panggil suara yang sepertinya kukenal
“hei, ohh kamu.. maaf ya” kataku polos
“maaf untuk apa? Tidak apa apa kok. Biasa aja” katanya
lembut, mata keungu-unguannya seperti berada di sudut matahari sore
“ohh ya.. nama kamu siapa?” tanyaku memperpanjang pembicaraan
“namaku naila.. kalo kamu?” tanyanya mengulur senyum
“namaku karina, panggil saja karin” balasku ringan
“ooohh, tinggalnya dimana?” tanyanya lagi
“di sana tuh, belok kiri, lalu kurang lebih 7meter lurus di sisi
kiri jalan itulah rumah ku” kataku panjang
“hmm..” terlihat raut mukanya binggung “ohh, yang rumahnya dicat
warna putih ya?” lanjutnya bicara
“iya! Betul” kataku semangat, dia menanggapi pembicaraan ini
“hah, rumahku tak jauh dari situ, sekiranya 5 meter belok kanan,
tak jauh kok” katanya ceria
“ohh ya? Boleh aku main ke rumah mu?” tanyaku tenang
“boleh kok, tapi, saudara- saudariku banyak, aku 5 bersaudara..
tidak apa apa nih?”
“gak apa-apa kok.. pati seru!” ucapku tak menyesal
“baik, yuk, lewat sini saja biar cepat” katanya girang
Tak kusangka aku nyaman sekali dengannya, dia bisa tanggap apa
yang aku obrolkan.. dia juga ramah dan murah senyum. Dia juga menghargaiku, dan
aku sepantasnya menghargainya.. aku sendiri bingung, kenapa aku bisa seramah
ini dan tersenyum riang.. sejak kakiku lumpuh, aku tidak pernah tertawa
sebahagia ini. Hmm, tak sabar ingin datang kerumahnya
“ini rumahku rin.. maaf ya berantakan” katanya polos
“iya gak apa-apa” kataku
“eh kakak udah pulang.. ini? Siapa kak?” tanya salah satu
adeknya
“ini temen kakak dri, kamu kedalem gih.. siapin minum” katanya
masih lembut
“oke kak” balas adiknya yg td dipanggil dri itu
“namanya siapa kak?” tanya lagi seorang adiknya
“perkenalkan, aku karin” kataku mengulurkan tangan dan mengulas
senyum
“oh, boleh aku panggil Rin-chan ya!’ kata seorang adik yg
sepertinya paling kecil
“ahaha, boleh boleh.. terserah kamu adik kecil” kataku lembut
Butir-butir tawa terulas dari adik-adik kecil ini, tawanya
sumringah dikiasi cahaya.. tak terasa dan tak berasa.. aku sudah dipenghujung
hari berada disini, aku sudah izin pulang, tapi roda kursi rodaku terhenti
sesaat..
“waah, kamu suka wayang ya la? waah, ini namanya rama kan?”
tanyaku semangat
“haha, iya, tapi ini bukan rama, tapi pandu sorga.. itu lain
dari rama dan shinta karin” katanya lembut
“oooh.. ahaha, kamu bisa ajarkan sedikit bagaimana memakainya
la?” tawarku cepat masih menjejal para wayang- wayang itu
“mudah, kamu taruh kain besar lalu kamu sinari kain itu dari
belakang.. bagaimana lakon dan ceritanya itu terserah kamu karin..”jawabya
jelas
“Aku salut padamu” katanya jujur
“...” aku tak bisa menjawab
“hei, bukan berarti kamu itu cacat, kamu jadi berhenti menjajal
kehidupan ini lho..”katanya membongkah semangat ku
“ya” jawabku lemas
“oya, ayahku seorang dalang lho..” katanya gembira, saat
keingintahuanku tentang wayang yg membuat tanganku mulai menjajal benda yang
katanya bernama pandu sorga ini
“oh ya? Waah, pasti hebat! Dia mau mengadakan pertunjukan gak?”
tanyaku nalar
“iya, 2 hari lagi!” jawabnya
“oh ya? Aku mau!! Aku mau nonton!!” kataku semangat
“ok, nnti aku pesan tiketnya” katanya “kalau bisa, kuberikan
gratis untuk temanku ini” sambungnya berkata sambil sedikit berbisik dan
mencondongkan bibir tipisnya ke telinga ku
Hahaha tawa pertawa terus mengalir lancar dari bibir ini,
gemerlap cahaya menyembul dari pikiranku, aku tak pernah sebahagia ini, baru
kali ini.. dan itu bersama naila, yang hanya teman baikku, yang baru kukenal
hari ini.. aku pun tak percaya ini.. tapi semua yang ada sekarang, itu jauh
lebih berharga.. aku nyaman, nyaman bersama naila
“daah!! Makasih ya untuk hari ini, hati-hati dijalan!” kataku
sambil melabaikan tangan
“iya! Sampai jumpa besok ya!!” balasnya riang
Aku akhirnya memasuki rumah ku, didalam tiada siapapun..
termasuk mama dan papa yang sedang pergi ke korea untuk perjalanan bisnis,
pembantu paruh kerja pn sudah pulang dengan menyisihkan beberapa menu makan
malam dan sebuah surat yg bertuliskan
“maaf non, saya pulang terlebih dahulu, saya ada tugas
kuliah dirumah. Terimakasih”
“hmm..” ucapku ringan
Suasana rumah tak seramai dengan suasana rumah di rumah naila,
keluarganya besar, ibu dan ayahnya lengkap.. walau rumahnya kecil dan
sederhana, kebersamaannya tidak lah sederhana.. lain dengan ku yang selalu
ditinggal dirumah dengan makanan dan sepercik kertas surat dr bibi yang mencari
ilmu lagi itu.. kalau saja tau begini, aku lebih baik dirumah naila lebih lama
tadi.. heningku menyesal
Pagi-pagi buta sudah terdengar suara ketokan pintu
“noon, bangun non sekolah.. bibi udah siapin sarapan dan air
panasnya.. non cepet mandi ya non.. bibi mau kuliah dulu, nanti enon di antar
pak tarjo ya non” kata bibi paruh waktu itu
Mendengar itu aku bukannya menjawab malah menutupi nya dengan
bantal, beberapa menit kemudian baru aku lompat dr kasur dan menuju kamar mandi
untuk berangkat sekolah.. jujur saja, aku benci sekolah!! ---à>>> Karena disekolahlah, aku
mendapat bertubi tubi penyiksaan yg menyiksa batin ini..
Andai hari aku tidak
sekolah.. aku pasti tidak begini..aku pasti masih bisa sekolah, aku pasti bisa
bersenang- senang dan masih mempunyai banyak teman..
Hari itu dimana hujan tidak turun dikota..
“huh, panas sekali ya?” ucap thela mengeluh
“kalau gitu gue beliin milo nih buat kalian..” kataku semangat
“huaaa.. makasih ya rin lo baik banget deehh” kata thisya
menyerbu 3buah kaleng milo yang kubawakan
“BRAAKK” suara itu
mengagetkan kami “eh rin! Lo kan yang bikin si lila ketua osis masih aja megang
kendalinya!! Harusnya tuh dia mundur! Lo tau kan gue itu pengen banget jadi
ketua osis? Jahat lo rin!!” bentak shela cepat, merunyamkan keadaan kantin
kosong yang tadinya sunyi itu
“shela, shela.. lo salah kali.. karin juga kan penggen elo jadi
ketua osis.. gamungkin lah” ucap thisya sabar memegang pundak shela yg sedang
marah besar itu
“gue tau dia!!” bentak shela lebih keras dibanding sebelumnya
“emang bener rin?” ucap thella polos
“gue menolong lo buat jadi ketua osis la!! gue udah bikin
masalah si lila tambah banyak!! Gue bikin osis ribut, semua rompi osis gue cat
biar si lila gabisa pake dan ngemaluin sekolah yang kedatangan tamu penting
dari Hongkong itu! “ kataku agak membentak “gue itu peduli sama lo jadi gue
gamau lila yg jadi ketua osis, tp lo...” kataku agak rendah kali ini
“tuhkan, ini tuh Cuma salah paham..” kata thisya
“iya la.. lo sabar dong.. mungkin itu orng lain kali” kata
thella
“oke, kali ini gue percaya sama lo.. tapi kalo sampe sampe lo
ketauan ngelakuin hal itu lagi.. lo bakal keluar dari geng gue”kata shela lebih
tenang
Kantin itu sunyi lagi, hanya thisya, thella, dan aku.. hanya ada
suara sepatu shella yang makin lama makin jauh dan tidak terdengar lagi..
thisya dan thella duduk kembali, kali ini agak sunyi dan pelan
“makasih ya” kataku memecah suasana “gue pulang duluan ya”
kataku lagi
Suasana masih sunyi, tak ada yang menjawab salamku.. aku juga
lebih baik berlalu saja, Sepi sekali sekolah ini sore hari ini, kantin kosong
dan yang ada dilapangan hanyalah mobil-mobil para tamu dari hongkong..
“karina..” sapa lila dari ujung lorong
“ya? Kenapa?” tanyaku biasa
“apa maksudnya ini la?” katanya pelan lalu mengankat sebuah
recorder dan memutarnya... terdengan suara, suaraku.. “gue menolong lo buat jadi ketua osis la!! gue udah bikin masalah si
lila tambah banyak!! Gue bikin osis ribut, semua rompi osis gue cat biar si
lila gabisa pake dan ngemaluin sekolah yang kedatangan tamu penting dari
Hongkong itu! “ klek, suara recorder itu berhenti “apa maksudnya ini? Lo
dendam sama gue? Gue ngerebut apa dari lo la?” tanyanya murung “gue udah mau
pindah juga kok dari sekolah ini, gue juga mau berhenti jadi ketua osis.. lo
gaperlu kayak gini” katanya sedih menteskan butir butir airmata dari matanya yg
sayu itu
“sudah sudah lila, kamu gausah sedih.. bener kan kata aku? Kalo
dia pelakunya” tampak shela sama bersama lila di ujung lorong menatapku dan
tersenyum membanggakan dirinya dan jurangnya berhasil menjatuhkanku
Aku hanya bisa terdiam menahan air mata dan sejuta rasa bersalah
pada lila.. aku baru sadar aku telah begitu tega dengan lila hanya untuk
menolong shela yang pikirannya picik. Aku sudah tidak tahan lagi dengan drama
yang dimainkan shela dan kawan-kawannya itu, refleks tubuhku pun berlari pergi
dari sana. Aku berlari menuju gerbang dan..
“lo sebenernya gasalah rin.. lo Cuma bodoh! Lo pacaran sama
pangerannya shela!! Ini semua pantes kan? Buat ngebales semua kejahatan lo sama
shela?” kata thisya yang ternyata sudah didepan gerbang
“siapa? Gue single! Gue gak pacaran sama siapapun sya!!” kataku
membela diri
“hah! Lo aja pura-pura bego! Gue tau lo pacaran sama andra..
yekan? Hahaha udah ketauan kok.. ini semua juga udah cukup” sambung thella
sambil pergi dari hadapanku
Air mataku tidak bisa ditahan, aku sungguh tidak menjalin
hubungan apa apa dengan andra, kenapa mereka kejam sekali? Malah, aku sering
berduaan dengan andra untuk menyatukan cinta andra dan cinta shela.. aku sangat
ingin shela bahagia sampai-sampai aku melakukan semuanya untuknya.. termasuk
menyakiti lila. Aku berjalan layu sampai rumah, padahal aku bisa naik angkutan
umum, tapi entahlah, mata, hati, raga, dan jiwaku sudah tidak bisa apa apa.
Terlalu sakit disakiti banyak orang seperti ini.. sejuta rasa bersalah kupandam
kini.. entahlah aku sedang apa sekarang. Aku terus berjalan tak tentu arah
tangis ku sudah tak bisa kurasakan telah menetes atau belum.. sampai akhirnya
aku berada diblok 3, 2blok sebelum rumahku, dengan sebuah proyek pembangunan di
sisi kanan jalan, ketika aku menyebrang, sebuah truk pengangkat pasir melintas
dipinggir jalan, begitu menoleh ujung mobil itu sudah ada dipelupuk mataku.
Terbangun di ruangan kosong tanpa seorang pun disana, luka
perban di sekujur tubuhku.. termasuk kaki yang rasanya tak bisa kurasakan. Saat
aku kaget bercampur bimbang.. seorang suster masuk mungkin untuk memeriksaku
“sus, kenapa saya gak bisa merasakan kaki saya sus?” tanyaku
cepat. Suster itu tak menjawab, wajahnya terlihat binggung “jawab sus!” ucap ku sekali lagi agak
membentak
“kaki kamu cacat nak, tapi kamu bisa pakai kursi roda” katanya
pelan
Aku kaget setengah mati, sampai sampai aku tidak menyadari bahw
kakiku lumpuh, aku tidak juga menyadari bahwa suster itu pergi begitu memeriksa
infusku
“aku.. aku.. aku lumpuh?” desis ku pelan, hanya aku yang
mendengarnya
Sampai sampai saat aku lumpuh, mama dan papa tidak menyempatkan
datang kemari, aku lumpuh!! Tapi tidak ada yang menemaniku disini!! Apa ini?
Sangat tidak pedulikah mereka terhadapku? Aku lumpuuhh, kenapa tak ada yang
disini? kapan papa dan mama disini untukku? Aku tidak butuh uang.. aku butuh
kasih sayang..
Pagi ini tak seperti, pagi yang lalu-lalu, pagi ini aku semangat
karena akan bertemu kerabat baruku, naila.. hari ini aku ditemaninya
kemana-mana, juga ingin bertamu ke rumahnya lagi, mau diajarkan bermain wayang
dan lain-lain
“karin, aku ada tiket ini untukmu” kata naila polos
“waaah, terimakasih nai” kataku sumringah
“pementasannya besok malam loh.. kita berangkat bareng yuk! ”
lanjutnya lagi
“iya boleh!” seruku gembira
Malam ini, setelahku pulang dari sekolah naila pulang bersamaku, ia berkunjung ke rumahku sebelum
akhirnya kita berangkat ke pementasan om faris, ayah naila.. setelah
bersiap-siap dan makan malam terlebih dahulu, kami berangkat ke gedung
pementasan.. saat sampai aku sangat senang, peratama kali ku duduk disini
menonton pementasan ini, kudengar dalang itu bermain dan memainkan lakon yang
sempurna, pertunjukan yang memuaskan
“bagus sekali naaai!!” teriakku girang
“bener kan apa katau ku? Wayang itu memang asyik dinikmati rin”
balasnya lembut
“iyaaa, aku jadi mau jadi dalang deh nai” kataku masih
kegirangan sendiri
“oya? Hmm” rautmukanya mulai bingung dan “kalau begitu, kamu
tunggu disini oke?” lanjutnya
“mau kemana??” tanyaku
“kesana sebentar saja, aku janji akan kesini lagi” selesai
berucap seperti itu, naila pergi dari hadapan ku.. entah kemana anak itu
Beberapa menit naila tak kunjung kembali, hujan kecil mulai
membasahi kepalaku.. tapi ada yang aneh orang yang datang semakin lama semakin
banyak, orang orang terus berlarian menuju pertigaan tak jauh dari tempat
kuberada, aku mulai cemas, aku ingin kesana, tapi naila berjanji akan datang
kembali, apakah aku harus kesana? Bagaimana bila naila kembali dan aku tak ada?
Bisa gawat kan? Aku juga cemas dengan orang- orang ini, hingga akhirnya aku
bertanya pada seseorang
“mas mas, maaf ganggu.. disana ada apa sih? Kok rame banget ya?”
tanyaku polos
“ada ketabrakan neng.. diujung pertigaan.. eneng mau liat?”
katannya
“hah? Iya mas iya, tolong antar saya kesana” kataku tanpa fikir
panjang
Mas yang tadinya aku tanya ini agak berlari membawa kursi rodaku
kasar sekali kataku dalam hati
kagetnya bukan main, ada om faris disana, om faris sedang apa
ya? Kok bisa ada disana? Sontak tubuh ini jatuh dan kaget setengah mati aku
langsung menjatuhkan diri dari kursi roda, aku langsungmemeluk tubuh naila yang
berceceran deras tersebut
“naila.. nailaa..” isak tangisku tak henti henti memanggil nama
naila
“mas, mana yang nabrak naila mas? Mana?mana? katakan padaku!”
kataku cepat sebelum orang itu menjawab pertanyaan ku
“udah dibawa ke porles dek” katanya polos
Aku langsung berlari tanpa kursi rodaku, entah apa yang terjadi
aku berlari mengejar siung- siung kepolisian itu, tangisanku sudah tak dapat
dibedakan lagi dengan hujan, baju kotor terkena cipratan becek sudah tak ku
hiraukan.. sampai akhirnya aku sampai disana
“dek, dek cari siapa?” kata seorang polisi
“yang nabrak naila mana? Yang nabrak naila? Lepasin aku!! Aku
mau liat mana orangnya! Lepasin!” kataku ketika seorang polisi memegangi aku
yang sudah kehilangan akal ini
“adek, adek tenang, tenang ya tersangkanya ada disana, tapi adek
tenang dulu ya” kata seorang polisi lagi menenangkanku
Setelah itu aku diantar kedalam melihat siapa yang menanbrak
naila aku kaget setengah mati.. sebelum aku memanggil namanya aku terjatuh dan
menutup mataku.. mungkin ini yang namanya tak sadarkan diri
Terbangun di sebuah kasur di rumah sakit, setelah bangun dari
tidurku, aku tiba-tiba ingin bertemu naila, aku mencabut infus itu dan naila,
ada diruang rawat
“om..” kataku memasuki ruang rawat itu
“kamu sudah bisa jalan nai?” kata om faris senang tapi masih
kelihatan dari raut wajahnya yang sedih
“iya, naila gimana om? Naila baik- baik aja om?” kataku pelan
“naila.. naila.. “isak om faris
“naila kenapa om?” tanyaku keduakalinya
“aku cacat rin” kata naila yang terbaring di kasur rumah sakit
itu
“kamu cacat?” tanyaku sekali lagi
“iya rin” jawaban ini membuatku mati rasa aku memgang tangan
naila dan bertubi-tubi meminta maaf
“pelakunya shela kan!.. dia sudah membuat ku lumpuh dan .. dan
sekarang.. mem.. membuatmu ikut lumpuh” kataku masih terisak-isak
“ni cobaan tuhan rin.. oya, aku membelikan wayang ini untukmu”
katanya, setelah aku memegangnya dengan penuh isak tangis “jangan berhenti
arena aku ya” lanjutnya bijak
Aku pernah lumpuh dan tidak berjalan selama 3tahun, kenapa naila
juga harus menanggung beban yang tuhan berikan kepadaku? Sungguh aku merasa
shela itu pembawa kutukan.. setelah berfikir seperti itu aku berdiri dan
“jangan pergi, temenin aku aja ya disini” katanya ringan
Bola matanya yang ke ungu-unguan memancar karena terkena cahaya
matahari.. “baiklah” kataku kembali duduk
“nih aku ajarin main wayang” katanya tersenyum, aku tau dia
ingin menghiburku
Entah aku bahagia sekali mendapat teman sebijak dan setegar
naila, dia tetap tersenyum bahkan saat dirinya ditanggung beban.. dia sahabat
karibku setelah ini dan selamanya..
----------
Panggung ini serasa luas sekali, disanalah penggelaran teater ku
dilaksanakan, dengan lakon rama& shinta, naila dan keluarganya yang
kuberikan kursi VIP tesenyum..
“TEATER BUNGA TIGA MEMPERSEMBAHKAN.. CERITA PERWAYANGAN RAMA
& SHINTA “ kata seorang narasi “dengan sutradara karina araska anjasmara”
lanjutnya
Adegan pertama dimulai, suara suara gemulai dan gerakan shinta
yang bertemu rama ini sangat menentramkan mata, aku yang ada dibelakang panggung
menjadi sutradara mengatur segala persiapannya.. akulah karina, sahabat naila, dan akulah diriku, seniman sekaligus
sutradara pencinta perwayangan! Tak ada apapun yang menghentikan bayangku dan
api semangat ku!!
-END-
0 comments:
Post a Comment