Friday, May 4, 2012

6. Secercah harapanku Pada sahabat (#FFNContest)


Secercah harapanku
Pada sahabat

Oleh : Lisdiana ( @diiananaa )
Genre : ....
Disclaimer : Lisdiana^^

Aku sudah lama mengejar ini, ingin sekali mengambil kesempatan ini.. walau hanya terus menerus termenung menyeret kedua kakiku... aku.. lumpuh
Tak ada yang bisa kukatakan kini, aku tak bisa berjalan.. cacian maki temanku sudah seperti makanan sehari2. Aku sudah tidak takut, taada yg kutakuti kini..  yg kutakuti adalah masa depan ku, bagaimana caranya aku dapat menggapain segla cita2 ku tanpa berjalan? Mengandakan kursi dorong yg sempit ini? Entahlah, mungkin kesempatan itu telah enyah dari duniaku.
“karinaaaaaaa.... main yuk hahahahaha” teriak shela dan teman-temannya dari pintu gerbang
“ohh! Enggak shela makasih! “ kataku mempercepat laju kursi rodaku
“ayolah karin, kita main sebentar kok..” ucapnya penuh rayu
Ia lalu mendorong kursi rodaku dan menabrakkannya ke sudut tangga hingga aku terpental kedepan dan terbentur anak tangga, ketika kutoleh mereka sedang tertawa, salah satu memegang perut mereka, merasakan geli yang tidak habis-habisnya melihat penderitaanku
“puas?” ucapku agak menyipitkan mata
“enggaaaakkk!!! Hahaha” kata  thella di wakili dari tawaan mereka
“udah ya lumpuh, nanti kita main lagi.. daaahh” ucap shela melambaikan tangan ke araku menaiki tangga terlebih dahulu dan disusul temen2nya.. salah satu temannya, thisya menginjak tanganku yang terpapar di anak tangga.. tanpa maaf, mereka berlalu begitu saja
“ahh” desis ku pelan
Tangan ku berdecit merasakan kesakitan, walau belum seberapa, tapi ini sudah guncangan pagi hari.. aku segera merangkak ke kursi roda ku, sekarang sudah tidak begitu susah menaiki benda ini, aku juga sebenarnya tidak perlu membutuhkan orang lain untuk hal ini mungkin.. tapi tanpa kuminta, seoarang wanita berambut panjang bermata indah mendekatiku, ia agak merendah dan menatapku ringan.. terlihat bola matanya yg keungu-unguan
“mau kubantu?” katanya menyuguhkan tangan kearahku
“ahh tidak apa, aku bsa sendiri kok” kataku membalas senyumnya tanpa keraguan
“tak apa” balasnya ringan sambil memegang tanganku, membantuku menaiki kursi roda itu
“kamu kelas berapa? Dimana? Mau kuantar?” tawarnya kebaikan budi itu
“ boleh, kelas 8-3 di ujung dekat laboratorium sains” jawabku menjawab segala pertanyaannya
“baiklah, kuantar ya..” jawabnya lagi, kali ini dia dia memegang pegangan kursi rodaku..
 wanita yang mulia.. pikirku dalam hati
“oke, kita sampai” katanya gembira
“iya, terimakasih ya mau membantu.. kamu kelas berapa?” tanyaku akrab
“kelas 8-7 disana tuh, gajauh kok” jawabnya lebih akrab, mengulas senyum dibibir tipisnya
“okedeh, sekali lagi, makasih ya!” kataku dengan nada semangat
Dia berlari sambil mengulas senyum ke belakang, rambutnya yang panjang itu terhempas angin, matanya yg keungu-ungu an makin terlihat ketika matanya terlihat penuh cahaya, pipi nya yang merona terlihat dari jauh.
“tuh dia bu, si karin yang lumpuh itu” kata thella yang kemudian diriuhkan tawa dan cacian teman2 sekelas lainnya
“sudah sudah” kata bu sysy menenangkan “kenapa telat rin?” tanyanya lagi
“aku.. aku..” kataku terbata-bata terlihat tegang lah muka thella, shela, dan thisya.. tapi salah satunya menatapku dengan rupa mencekam, seolah akan membunuhku jika kukatakan yang sebenarnya
“tidak apa apa kok bu” jawab ku menyungging kan senyum
Bell pulang sekolah tiba juga, sayang aku tidak berangkat ke kantin untuk bertemu wanita itu, aku tidak sempat jua menyanyakan namanya..
“hei!! “ panggil suara yang sepertinya kukenal
“hei, ohh kamu.. maaf ya” kataku polos
“maaf untuk apa? Tidak apa apa kok. Biasa aja” katanya lembut, mata keungu-unguannya seperti berada di sudut matahari sore
“ohh ya.. nama kamu siapa?” tanyaku memperpanjang pembicaraan
“namaku naila.. kalo kamu?” tanyanya mengulur senyum
“namaku karina, panggil saja karin” balasku ringan
“ooohh, tinggalnya dimana?” tanyanya lagi
“di sana tuh, belok kiri, lalu kurang lebih 7meter lurus di sisi kiri jalan itulah rumah ku” kataku panjang
“hmm..” terlihat raut mukanya binggung “ohh, yang rumahnya dicat warna putih ya?” lanjutnya bicara
“iya! Betul” kataku semangat, dia menanggapi pembicaraan ini
“hah, rumahku tak jauh dari situ, sekiranya 5 meter belok kanan, tak jauh kok” katanya ceria
“ohh ya? Boleh aku main ke rumah mu?” tanyaku tenang
“boleh kok, tapi, saudara- saudariku banyak, aku 5 bersaudara.. tidak apa apa nih?”
“gak apa-apa kok.. pati seru!” ucapku tak menyesal
“baik, yuk, lewat sini saja biar cepat” katanya girang
Tak kusangka aku nyaman sekali dengannya, dia bisa tanggap apa yang aku obrolkan.. dia juga ramah dan murah senyum. Dia juga menghargaiku, dan aku sepantasnya menghargainya.. aku sendiri bingung, kenapa aku bisa seramah ini dan tersenyum riang.. sejak kakiku lumpuh, aku tidak pernah tertawa sebahagia ini. Hmm, tak sabar ingin datang kerumahnya
“ini rumahku rin.. maaf ya berantakan” katanya polos
“iya gak apa-apa” kataku
“eh kakak udah pulang.. ini? Siapa kak?” tanya salah satu adeknya
“ini temen kakak dri, kamu kedalem gih.. siapin minum” katanya masih lembut
“oke kak” balas adiknya yg td dipanggil dri itu
“namanya siapa kak?” tanya lagi seorang adiknya
“perkenalkan, aku karin” kataku mengulurkan tangan dan mengulas senyum
“oh, boleh aku panggil Rin-chan ya!’ kata seorang adik yg sepertinya paling kecil
“ahaha, boleh boleh.. terserah kamu adik kecil” kataku lembut
Butir-butir tawa terulas dari adik-adik kecil ini, tawanya sumringah dikiasi cahaya.. tak terasa dan tak berasa.. aku sudah dipenghujung hari berada disini, aku sudah izin pulang, tapi roda kursi rodaku terhenti sesaat..
“waah, kamu suka wayang ya la? waah, ini namanya rama kan?” tanyaku semangat
“haha, iya, tapi ini bukan rama, tapi pandu sorga.. itu lain dari rama dan shinta karin” katanya lembut
“oooh.. ahaha, kamu bisa ajarkan sedikit bagaimana memakainya la?” tawarku cepat masih menjejal para wayang- wayang itu
“mudah, kamu taruh kain besar lalu kamu sinari kain itu dari belakang.. bagaimana lakon dan ceritanya itu terserah kamu karin..”jawabya jelas
“Aku salut padamu” katanya jujur
“...” aku tak bisa menjawab
“hei, bukan berarti kamu itu cacat, kamu jadi berhenti menjajal kehidupan ini lho..”katanya membongkah semangat ku
“ya” jawabku lemas
“oya, ayahku seorang dalang lho..” katanya gembira, saat keingintahuanku tentang wayang yg membuat tanganku mulai menjajal benda yang katanya bernama pandu sorga ini
“oh ya? Waah, pasti hebat! Dia mau mengadakan pertunjukan gak?” tanyaku nalar
“iya, 2 hari lagi!” jawabnya
“oh ya? Aku mau!! Aku mau nonton!!” kataku semangat
“ok, nnti aku pesan tiketnya” katanya “kalau bisa, kuberikan gratis untuk temanku ini” sambungnya berkata sambil sedikit berbisik dan mencondongkan bibir tipisnya ke telinga ku
Hahaha tawa pertawa terus mengalir lancar dari bibir ini, gemerlap cahaya menyembul dari pikiranku, aku tak pernah sebahagia ini, baru kali ini.. dan itu bersama naila, yang hanya teman baikku, yang baru kukenal hari ini.. aku pun tak percaya ini.. tapi semua yang ada sekarang, itu jauh lebih berharga.. aku nyaman, nyaman bersama naila
“daah!! Makasih ya untuk hari ini, hati-hati dijalan!” kataku sambil melabaikan tangan
“iya! Sampai jumpa besok ya!!” balasnya riang
Aku akhirnya memasuki rumah ku, didalam tiada siapapun.. termasuk mama dan papa yang sedang pergi ke korea untuk perjalanan bisnis, pembantu paruh kerja pn sudah pulang dengan menyisihkan beberapa menu makan malam dan sebuah surat yg bertuliskan
“maaf non, saya pulang terlebih dahulu, saya ada tugas kuliah dirumah. Terimakasih”
“hmm..” ucapku ringan
Suasana rumah tak seramai dengan suasana rumah di rumah naila, keluarganya besar, ibu dan ayahnya lengkap.. walau rumahnya kecil dan sederhana, kebersamaannya tidak lah sederhana.. lain dengan ku yang selalu ditinggal dirumah dengan makanan dan sepercik kertas surat dr bibi yang mencari ilmu lagi itu.. kalau saja tau begini, aku lebih baik dirumah naila lebih lama tadi.. heningku menyesal
Pagi-pagi buta sudah terdengar suara ketokan pintu
“noon, bangun non sekolah.. bibi udah siapin sarapan dan air panasnya.. non cepet mandi ya non.. bibi mau kuliah dulu, nanti enon di antar pak tarjo ya non” kata bibi paruh waktu itu
Mendengar itu aku bukannya menjawab malah menutupi nya dengan bantal, beberapa menit kemudian baru aku lompat dr kasur dan menuju kamar mandi untuk berangkat sekolah.. jujur saja, aku benci sekolah!! ---à>>> Karena disekolahlah, aku mendapat bertubi tubi penyiksaan yg menyiksa batin ini..
Andai  hari aku tidak sekolah.. aku pasti tidak begini..aku pasti masih bisa sekolah, aku pasti bisa bersenang- senang dan masih mempunyai banyak teman..
Hari itu dimana hujan tidak turun dikota..
“huh, panas sekali ya?” ucap thela mengeluh
“kalau gitu gue beliin milo nih buat kalian..” kataku semangat
“huaaa.. makasih ya rin lo baik banget deehh” kata thisya menyerbu 3buah kaleng milo yang kubawakan
“BRAAKK”  suara itu mengagetkan kami “eh rin! Lo kan yang bikin si lila ketua osis masih aja megang kendalinya!! Harusnya tuh dia mundur! Lo tau kan gue itu pengen banget jadi ketua osis? Jahat lo rin!!” bentak shela cepat, merunyamkan keadaan kantin kosong yang tadinya sunyi itu
“shela, shela.. lo salah kali.. karin juga kan penggen elo jadi ketua osis.. gamungkin lah” ucap thisya sabar memegang pundak shela yg sedang marah besar itu
“gue tau dia!!” bentak shela lebih keras dibanding sebelumnya
“emang bener rin?” ucap thella polos
“gue menolong lo buat jadi ketua osis la!! gue udah bikin masalah si lila tambah banyak!! Gue bikin osis ribut, semua rompi osis gue cat biar si lila gabisa pake dan ngemaluin sekolah yang kedatangan tamu penting dari Hongkong itu! “ kataku agak membentak “gue itu peduli sama lo jadi gue gamau lila yg jadi ketua osis, tp lo...” kataku agak rendah kali ini
“tuhkan, ini tuh Cuma salah paham..” kata thisya
“iya la.. lo sabar dong.. mungkin itu orng lain kali” kata thella
“oke, kali ini gue percaya sama lo.. tapi kalo sampe sampe lo ketauan ngelakuin hal itu lagi.. lo bakal keluar dari geng gue”kata shela lebih tenang
Kantin itu sunyi lagi, hanya thisya, thella, dan aku.. hanya ada suara sepatu shella yang makin lama makin jauh dan tidak terdengar lagi.. thisya dan thella duduk kembali, kali ini agak sunyi dan pelan
“makasih ya” kataku memecah suasana “gue pulang duluan ya” kataku lagi
Suasana masih sunyi, tak ada yang menjawab salamku.. aku juga lebih baik berlalu saja, Sepi sekali sekolah ini sore hari ini, kantin kosong dan yang ada dilapangan hanyalah mobil-mobil para tamu dari hongkong..
“karina..” sapa lila dari ujung lorong
“ya? Kenapa?” tanyaku biasa
“apa maksudnya ini la?” katanya pelan lalu mengankat sebuah recorder dan memutarnya... terdengan suara, suaraku.. “gue menolong lo buat jadi ketua osis la!! gue udah bikin masalah si lila tambah banyak!! Gue bikin osis ribut, semua rompi osis gue cat biar si lila gabisa pake dan ngemaluin sekolah yang kedatangan tamu penting dari Hongkong itu! “ klek, suara recorder itu berhenti “apa maksudnya ini? Lo dendam sama gue? Gue ngerebut apa dari lo la?” tanyanya murung “gue udah mau pindah juga kok dari sekolah ini, gue juga mau berhenti jadi ketua osis.. lo gaperlu kayak gini” katanya sedih menteskan butir butir airmata dari matanya yg sayu itu
“sudah sudah lila, kamu gausah sedih.. bener kan kata aku? Kalo dia pelakunya” tampak shela sama bersama lila di ujung lorong menatapku dan tersenyum membanggakan dirinya dan jurangnya berhasil menjatuhkanku
Aku hanya bisa terdiam menahan air mata dan sejuta rasa bersalah pada lila.. aku baru sadar aku telah begitu tega dengan lila hanya untuk menolong shela yang pikirannya picik. Aku sudah tidak tahan lagi dengan drama yang dimainkan shela dan kawan-kawannya itu, refleks tubuhku pun berlari pergi dari sana. Aku berlari menuju gerbang dan..
“lo sebenernya gasalah rin.. lo Cuma bodoh! Lo pacaran sama pangerannya shela!! Ini semua pantes kan? Buat ngebales semua kejahatan lo sama shela?” kata thisya yang ternyata sudah didepan gerbang
“siapa? Gue single! Gue gak pacaran sama siapapun sya!!” kataku membela diri
“hah! Lo aja pura-pura bego! Gue tau lo pacaran sama andra.. yekan? Hahaha udah ketauan kok.. ini semua juga udah cukup” sambung thella sambil pergi dari hadapanku
Air mataku tidak bisa ditahan, aku sungguh tidak menjalin hubungan apa apa dengan andra, kenapa mereka kejam sekali? Malah, aku sering berduaan dengan andra untuk menyatukan cinta andra dan cinta shela.. aku sangat ingin shela bahagia sampai-sampai aku melakukan semuanya untuknya.. termasuk menyakiti lila. Aku berjalan layu sampai rumah, padahal aku bisa naik angkutan umum, tapi entahlah, mata, hati, raga, dan jiwaku sudah tidak bisa apa apa. Terlalu sakit disakiti banyak orang seperti ini.. sejuta rasa bersalah kupandam kini.. entahlah aku sedang apa sekarang. Aku terus berjalan tak tentu arah tangis ku sudah tak bisa kurasakan telah menetes atau belum.. sampai akhirnya aku berada diblok 3, 2blok sebelum rumahku, dengan sebuah proyek pembangunan di sisi kanan jalan, ketika aku menyebrang, sebuah truk pengangkat pasir melintas dipinggir jalan, begitu menoleh ujung mobil itu sudah ada dipelupuk mataku.
Terbangun di ruangan kosong tanpa seorang pun disana, luka perban di sekujur tubuhku.. termasuk kaki yang rasanya tak bisa kurasakan. Saat aku kaget bercampur bimbang.. seorang suster masuk mungkin untuk memeriksaku
“sus, kenapa saya gak bisa merasakan kaki saya sus?” tanyaku cepat. Suster itu tak menjawab, wajahnya terlihat binggung  “jawab sus!” ucap ku sekali lagi agak membentak
“kaki kamu cacat nak, tapi kamu bisa pakai kursi roda” katanya pelan
Aku kaget setengah mati, sampai sampai aku tidak menyadari bahw kakiku lumpuh, aku tidak juga menyadari bahwa suster itu pergi begitu memeriksa infusku
“aku.. aku.. aku lumpuh?” desis ku pelan, hanya aku yang mendengarnya
Sampai sampai saat aku lumpuh, mama dan papa tidak menyempatkan datang kemari, aku lumpuh!! Tapi tidak ada yang menemaniku disini!! Apa ini? Sangat tidak pedulikah mereka terhadapku? Aku lumpuuhh, kenapa tak ada yang disini? kapan papa dan mama disini untukku? Aku tidak butuh uang.. aku butuh kasih sayang..
Pagi ini tak seperti, pagi yang lalu-lalu, pagi ini aku semangat karena akan bertemu kerabat baruku, naila.. hari ini aku ditemaninya kemana-mana, juga ingin bertamu ke rumahnya lagi, mau diajarkan bermain wayang dan lain-lain
“karin, aku ada tiket ini untukmu” kata naila polos
“waaah, terimakasih nai” kataku sumringah
“pementasannya besok malam loh.. kita berangkat bareng yuk! ” lanjutnya lagi
“iya boleh!” seruku gembira
Malam ini, setelahku pulang dari sekolah naila pulang bersamaku, ia berkunjung ke rumahku sebelum akhirnya kita berangkat ke pementasan om faris, ayah naila.. setelah bersiap-siap dan makan malam terlebih dahulu, kami berangkat ke gedung pementasan.. saat sampai aku sangat senang, peratama kali ku duduk disini menonton pementasan ini, kudengar dalang itu bermain dan memainkan lakon yang sempurna, pertunjukan yang memuaskan
“bagus sekali naaai!!” teriakku girang
“bener kan apa katau ku? Wayang itu memang asyik dinikmati rin” balasnya lembut
“iyaaa, aku jadi mau jadi dalang deh nai” kataku masih kegirangan sendiri
“oya? Hmm” rautmukanya mulai bingung dan “kalau begitu, kamu tunggu disini oke?” lanjutnya
“mau kemana??” tanyaku
“kesana sebentar saja, aku janji akan kesini lagi” selesai berucap seperti itu, naila pergi dari hadapan ku.. entah kemana anak itu
Beberapa menit naila tak kunjung kembali, hujan kecil mulai membasahi kepalaku.. tapi ada yang aneh orang yang datang semakin lama semakin banyak, orang orang terus berlarian menuju pertigaan tak jauh dari tempat kuberada, aku mulai cemas, aku ingin kesana, tapi naila berjanji akan datang kembali, apakah aku harus kesana? Bagaimana bila naila kembali dan aku tak ada? Bisa gawat kan? Aku juga cemas dengan orang- orang ini, hingga akhirnya aku bertanya pada seseorang
“mas mas, maaf ganggu.. disana ada apa sih? Kok rame banget ya?” tanyaku polos
“ada ketabrakan neng.. diujung pertigaan.. eneng mau liat?” katannya
“hah? Iya mas iya, tolong antar saya kesana” kataku tanpa fikir panjang
Mas yang tadinya aku tanya ini agak berlari membawa kursi rodaku
kasar sekali  kataku dalam hati
kagetnya bukan main, ada om faris disana, om faris sedang apa ya? Kok bisa ada disana? Sontak tubuh ini jatuh dan kaget setengah mati aku langsung menjatuhkan diri dari kursi roda, aku langsungmemeluk tubuh naila yang berceceran deras tersebut
“naila.. nailaa..” isak tangisku tak henti henti memanggil nama naila
“mas, mana yang nabrak naila mas? Mana?mana? katakan padaku!” kataku cepat sebelum orang itu menjawab pertanyaan ku
“udah dibawa ke porles dek” katanya polos
Aku langsung berlari tanpa kursi rodaku, entah apa yang terjadi aku berlari mengejar siung- siung kepolisian itu, tangisanku sudah tak dapat dibedakan lagi dengan hujan, baju kotor terkena cipratan becek sudah tak ku hiraukan.. sampai akhirnya aku sampai disana
“dek, dek cari siapa?” kata seorang polisi
“yang nabrak naila mana? Yang nabrak naila? Lepasin aku!! Aku mau liat mana orangnya! Lepasin!” kataku ketika seorang polisi memegangi aku yang sudah kehilangan akal ini
“adek, adek tenang, tenang ya tersangkanya ada disana, tapi adek tenang dulu ya” kata seorang polisi lagi menenangkanku
Setelah itu aku diantar kedalam melihat siapa yang menanbrak naila aku kaget setengah mati.. sebelum aku memanggil namanya aku terjatuh dan menutup mataku.. mungkin ini yang namanya tak sadarkan diri
Terbangun di sebuah kasur di rumah sakit, setelah bangun dari tidurku, aku tiba-tiba ingin bertemu naila, aku mencabut infus itu dan naila, ada diruang rawat
“om..” kataku memasuki ruang rawat itu
“kamu sudah bisa jalan nai?” kata om faris senang tapi masih kelihatan dari raut wajahnya yang sedih
“iya, naila gimana om? Naila baik- baik aja om?” kataku pelan
“naila.. naila.. “isak om faris
“naila kenapa om?” tanyaku keduakalinya
“aku cacat rin” kata naila yang terbaring di kasur rumah sakit itu
“kamu cacat?” tanyaku sekali lagi
“iya rin” jawaban ini membuatku mati rasa aku memgang tangan naila dan bertubi-tubi meminta maaf
“pelakunya shela kan!.. dia sudah membuat ku lumpuh dan .. dan sekarang.. mem.. membuatmu ikut lumpuh” kataku masih terisak-isak
“ni cobaan tuhan rin.. oya, aku membelikan wayang ini untukmu” katanya, setelah aku memegangnya dengan penuh isak tangis “jangan berhenti arena aku ya” lanjutnya bijak
Aku pernah lumpuh dan tidak berjalan selama 3tahun, kenapa naila juga harus menanggung beban yang tuhan berikan kepadaku? Sungguh aku merasa shela itu pembawa kutukan.. setelah berfikir seperti itu aku berdiri dan
“jangan pergi, temenin aku aja ya disini” katanya ringan
Bola matanya yang ke ungu-unguan memancar karena terkena cahaya matahari.. “baiklah” kataku kembali duduk
“nih aku ajarin main wayang” katanya tersenyum, aku tau dia ingin menghiburku
Entah aku bahagia sekali mendapat teman sebijak dan setegar naila, dia tetap tersenyum bahkan saat dirinya ditanggung beban.. dia sahabat karibku setelah ini dan selamanya..
----------
Panggung ini serasa luas sekali, disanalah penggelaran teater ku dilaksanakan, dengan lakon rama& shinta, naila dan keluarganya yang kuberikan kursi VIP tesenyum..
“TEATER BUNGA TIGA MEMPERSEMBAHKAN.. CERITA PERWAYANGAN RAMA & SHINTA “ kata seorang narasi “dengan sutradara karina araska anjasmara” lanjutnya
Adegan pertama dimulai, suara suara gemulai dan gerakan shinta yang bertemu rama ini sangat menentramkan mata, aku yang ada dibelakang panggung menjadi sutradara mengatur segala persiapannya.. akulah karina, sahabat  naila, dan akulah diriku, seniman sekaligus sutradara pencinta perwayangan! Tak ada apapun yang menghentikan bayangku dan api semangat ku!!




-END-

0 comments:

Post a Comment

 
Sayuki Yuno ☮ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template