JUDUL : THE PROPOSAL
CAST : Shinichi Kudo and
Ran Mouri.
GENRE : Romance, Drama.
TYPE : Oneshoot.
DISCLAIMER : Detective Conan © Aoyama Gosho.
THE PROPOSAL © Gita Dwi Sanjani.
ACC. TWITTER : @gitadwis
Warning : OOC,
typo(s), etc.
.
.
.
Wanita bermantel
merah itu terus berjalan. Kaki jenjangnya melangkah cepat di sepanjang trotoar.
Di tangan kanannya tergenggam kantung coklat kecil. Rambut panjangnya tertiup
angin. Badannya menggigil kedinginan. Ran Mouri sedikit menyesal tidak memakai penutup
telinga malam ini. Bisa-bisanya ia lupa tidak memakai penutup telinga di malam
musim dingin ini.
Meskipun Ran
sedikit kedinginan ia masih tetap tersenyum cerah. Senyumannya yang tertutup
syal putih semakin melebar saat mengintip isi dari kantung coklat yang ia bawa.
Langkahnya terhenti saat di lampu merah. Perempatan Shibuya yang selalu sibuk,
tampak lebih ramai di malam Natal tahun ini. Setiap orang, terutama sepasang
kekasih, akan menghabiskan malam Natal mereka di tempat umum. Ran pun memiliki
tujuan yang sama dengan yang lain, berkencan di malam Natal.
Ran sedang
memikirkan acara kencannya ketika orang-orang mulai menyebrang. Tangan kirinya
yang tersimpan di saku mantel tersenggol. Ran tersadar dari lamunan dan segera
melintasi jalan. Kakinya melangkah tenang. Jalanan di penuhi salju dan
pernak-penik Natal.
Lagu-lagu Natal
terdengar di setiap toko yang Ran lewati. Kakinya terus melangkah hingga ke
depan gedung Beika Store. Ia mendongak menatap bangunan tinggi di hadapannya.
Lagi-lagi Ran Mouri tersenyum.
“Tunggu aku,
Shinichi.”
~~~##~~~
“Eh? Kau… akan
datang telat?” Ran sedikit terkejut dengan telepon dari Shinichi. Ia
mengeratkan pegangan ponselnya. Strap ponselnya bergemerincing saat Ran
memindahkan ponselnya ke telinga kiri. Kekecewaan terukir jelas di wajah
cantiknya.
“Maaf Ran, mendadak ada kasus yang harus aku
selesaikan.” Dari nada suara Shinichi jelas ia merasa bersalah. Namun
perasaan kesal Ran tak bisa membuat Ran menyadarinya.
“Ini malam Natal,
apa kau masih harus menyelesaikan kasus itu?” tanya Ran. Nada suaranya tecekat,
ia terlihat sedang menahan amarahnya. Ran mengepalkan kedua tangannya di atas
paha. Wajahnya tertunduk dalam.
“Maaf Ran, Inspektur Megure membutuhkanku. Jaa
nee.” KLIK.
Ran
meremas-remas ponselnya. Membayangkan jika ponsel itu adalah wajah Shinichi
membuatnya semakin kesal. Ia melirik kantung coklat yang tersimpan rapi di
sampingnya. Ekspresi yang mengeras itu melembut. Ran mendesah lemah. Ia menatap
layar ponselnya yang menampilkan wallpaper fotonya bersama Shinichi.
~~~##~~~
Sudah yang
kesepuluh kalinya Ran mengelilingi lantai 1 gedung Beika Store. Ia merasa
bosan. Waktu di ponselnya menunjukan pukul 9 malam. Sudah setengah jam sejak
Shinichi meneleponnya. Detektif itu bilang takkan lama, namun kenyataannya pria
itu belum menampakkan wujudnya.
Ran mulai bosan.
Ia menaiki escalator menuju lantai kedua. Suasana pusat perbelanjaan itu masih
ramai. Kabarnya Beika Store akan terus buka hingga pagi unutk menyambut hari Natal.
Ran menyunggingkan senyumnya saat melihat pernak-pernik Natal di langit-langit
gedung. Ia menyapu pemandangan di bawah. Wajahnya tertekuk kembali saat melihat
pasangan kekasih yang sedang menikmati kopi hangat di salah satu café di lantai
satu. Cemburu yang ia rasakan. Jika saja
Shinichi tidak sibuk, harapnya.
Ia telah di
lantai dua. Ran mulai menjelajahi setiap toko. Masuk ke toko buku, lalu keluar
dan kembali memasuki toko alat music. Terus seperti itu. Ran menghabiskan
waktunya untuk melihat-lihat.
Keluar dari toko
sepatu Ran melirik jam tangannya. Sudah pukul 9.30, Shinichi masih belum
memberi kabar. Ran berdecak kesal. Ia menekan angka 1, bermaksud untuk
menghubungi Shinichi.
Nada tunggu
terdengar. Lama.
“Maaf nomor yang Anda hubungi…” Ran
menggerutu pelan. Bahkan anak itu tak menjawab teleponnya. Wajahnya memerah.
Ini bukan yang pertama kalinya Shinichi telat datang. Pria itu selalu saja
membuatnya menunggu, Ran sudah terlanjur kesal. Ia marah. Sudah cukup baginya
menunggu 2 jam penuh. Ia memutuskan kembali ke rumah tanpa bertemu dengan
Shinichi. Ran melangkahkan kakinya cepat sambil menahan tangis.
~~~##~~~
Saat Ran
melangkah tenang. Tangannya tertahan. sepasang tangan besar menahan laju
langkahnya. Ran berbaik. Ia tak dapat melihat dengan jelas sosok yang kini berada
dihadapannya. Tangan orang itu mengusap pipinya. Menghapus air mata Ran yang
terlanjur jatuh
“Kenapa menangis?”
tanyanya. Ran terkejut. Ia membuka mulutnya tak percaya. Kini Shinichi sudah
berdiri di hadapannya dengan nafas yang tersenggal-senggal. Shinichi datang
dengan memakai mantel berwarna biru juga syal putih yang Ran buatkan untuknya.
“Kau pergi
karena aku tidak juga datang?” tanya Shinichi. Tangannya masih menahan
pergelangan tangan Ran. Ran mengangguk seraya menghapus air matanya.
“Lalu kau
menangis karena apa?” tanya Shinichi lagi, kali ini ia pura-pura bodoh. Ran
yang menyadari hal itu menatap Shinichi tajam. “BODOH. Kenapa baru datang
sekarang. Aku sudah dua jam menunggumu tahu.” Maki Ran. Suara terdengar normal.
Ia kembali menjadi Ran yang kuat.
Shinichi
tersenyum misterius. “Jangan menangis. Ayo kita habiskan malam Natal bersama.”
Ajaknya. Shinichi terus menggenggam tangan Ran.
Di balik syal
putih Ran ia tersipu malu. Rona merah menjalari pipi kurusnya. Ran merasa sudah
lama ia dan Shinichi tidak berpegangan tangan. Bahkan ia lupa kapan terakhri
kali ia merasakan genggaman lebar Shinichi.
Aaaah, betapa
Ran merindukan pria ini. Ran merasa lega setidaknya Shinichi tidak akan lagi
pergi jauh darinya setelah sekian lama pria itu tidak menemuinya.
Sekian lama
Shinichi pergi tak pernah sedikitpun Ran tidak merindukkannya. Anehnya, Ran
selalu merasa Shinichi selalu berada di dekatnya. Apakah itu yang dinamakan
kekuatan cinta? Entahlah. Yang terpenting saat ini, bagi Ran, kehadiran Shinichi
disampingnya.
~~~##~~~
“Kita mau
kemana?” tanya Ran. Semenjak tadi Shinichi terus membawanya berjalan. Ran sama
sekali tak tahu tempat tujuan mereka. bertanya pada Shinichi pun percuma, pria
itu hanya tersenyum dan berkata “Rahasia.”
Ran memberengut.
Ia menggembungkan pipinya kesal. Shinchi terkekeh pelan. Kini mereka berjalan
berdampingan. Tautan tangan pun tak terlepas sedikitpun. “Kau ini, sudah
berumur 23 tahun masih saja seperti anak kecil Ran.”
“Aku tidak
seperti itu.” bantahnya. Ran menundukkan wajahnya malu. Jantung berdetak tak
karuan ketika Shinichi terus saja menatap dirinya.
Langkah keduanya
terhenti, “Oke, sudah sampai.”
Ran mendongak.
Ia menatap Shinichi, lalu mengalihkan pandangannya menatap sekeliling. Shinichi
menuntun dirinya ke taman kota. Taman itu sering kali ia datangi. Namun malam
ini tamannya sedikit berbeda. Mungkin karena malam ini malam Natal, di setiap
pohon tergantung beberapa pernak-pernik Natal. Riasan tempatnya begitu
sederhana namun terasa menakjubkan bagi Ran.
Terdapat beberapa cahaya lampu taman juga lilin-lilin aromatherapy yang
melingkari kolam air mancur yang kosong. Anehnya, tak ada seorang pun di taman
tersebut.
Ran masih saja
mengagumi keindahan tempat ia berpijak. Ia bahkan tak sadar jika Shinichi tak
lagi memegang tangannya. Secara tak sadar, Ran melangkah menapaki jalan berbatu
mendekati cahaya lilin. Senyuman manis terukir di wajahnya.
Ran terduduk di
salah satu kursi taman. Meskipun kemarin turun salju, kursi taman itu tak
bersalju meskipun terasa dingin. Ran nyaman berada disana. “Shinichi…”
panggilnya.
Ran mulai panic
saat Shinichi tak lagi di sampingnya.
“Kau mencariku
Ran?” tanya Shinichi tiba-tiba. Ia muncul tepat di seberang kolam air mancur.
Kedua tangannya disimpan dalam saku mantel. Ia tersenyum tulus.
Ran yang tidak
ingin berada jauh dari Shinichi ingin beranjak menghampirinya. Namun Shinichi
mencegahnya.
“Jangan kemari
Ran.”
“Ada sesuatu hal
yang ingin aku sampaikan padamu.” Ucapnya memulai pembicaraan. Apa-apaan ini?
Apa yang akan Shinichi lakukan?
“Mungkin aku
sudah terlalu lama menghilang. Aku minta maaf Ran. Dan aku pun mengucapkan
terimakasih karena kau masih terus menungguku.”
“Aku.. tidak
menunggumu.” Bantah Ran keras. Meskipun kenyataannya Ran Mouri selalu menunggu
Shinichi Kudo. Di seberang kolam air mancur, Shinichi tertawa kecil. Lucu
baginya melihat Ran yang sedikit gugup.
“Ran…”
panggilnya.
“Sebenarnya saat
itu aku tak benar-benar menghilang.” Aku Shinichi. Ran mulai memperhatikan. Ia
menatap Shinichi dengan serius.
“Aku selalu ada
di dekatmu, namun tak bisa menemuimu. Aku selalu memperhatikanmu namun tak bisa
menolongmu saat kau ada kesulitan. Ran, maafkan aku.”
Ran menggeleng
pelan. Ia pikir tak seharusnya Shinichi meminta maaf. Kejadian yang sudah berlalu
tidak penting untuk Ran.
“Ran, aku merasa
aku bukanlah pria yang baik untukmu.” Ran semakin menggeleng kuat. Ada apa ini?
Apa yang terjadi dengan Shinichinya?
“Ada kalanya aku
merasa aku tak pantas bersamamu. Aku hanya akan membuatmu sulit Ran.”
Shinchi mendekat
beberapa langkah. “Namun terkadang, aku sangat ingin melindungimu. Aku telah
berpikir lama Ran. Seharusnya aku sudah melakukan hal ini sejak lama.”
Jantung Ran
berdetak cepat. Ia menahan air matanya. Segala hal-hal buruk berkelebat di
pikirannya. Hatinya menjerit, ia tidak ingin lagi ditinggalkan Shinichi.
Posisi mereka
berdua semakin dekat. Ran masih terpaku di tempatnya.
“Ran… agar aku
bisa melindungimu setiap saat. Maukah kau hidup bersamaku selamanya Ran? Hidup
bersamaku, dan menjadi satu-satunya wanita dalam hidupku Ran?” ucap Shinichi.
Tanpa di
komando. Tetesan air mata jatuh. Ran membekap mulutnya saat Shinichi
mengeluarkan sebuah kotak merah marun. Telihat sebuah cincin sederhana dengan
berlian ptuih kecil di tengahnya. Di malam Natal tahun ini Shinichi Kudo
melamarnya.
Ran hanya bisa
mengangguk. Ia tak mampu berkata-kata. Semua keromantisan Shinichi mampu
menutup mulut bawelnya. Shinichi
memeluknya erat. Cincin telah tepasang di jari manis Ran.
Malam Natal ini
menjadi malam Natal yang paling berkesan dalam hidup Ran. Dilamar oleh orang
yang selama ini dia cintai membuatnya terlupa akan segala kekesalan yang sempat
membelenggunya.
Wanita itu
bahkan lupa sarung tangan rajutan yang ia hadiahkan untuk Shinichi. Meskipun
tidak seromantis pasangan lain, setidaknya hal ini sudah cukup di sebut sebagai
lamaran kan?
~~~##~~~
“Shinchi,
sebenarnya kasus apa yang kau selesaikan apakah itu sangat sulit?” tanya Ran.
“Tidak.”
“Lalu
kenapa kau lama sekali?”
“Kasus
dapat kuselesaikan hanya dalam 10 menit, tapi… menyiapkan hal romantis ini membutuhkan
waktu lebih lama dari pada menyelesaikan sebuah kasus yang sangat sulit.” Keluh
Shinichi. Ran tertawa kecil.
“Kau
ini…”
.
.
.
The
End
0 comments:
Post a Comment