Monday, December 3, 2012

At Train Station

Yuhuuuu~ Ini fanfic gue yang akhirnya jadi juga gitu. Dan gue udah post di FFn. jadi sekarang disini.
Check this out!


At Train Station
Genre: Hurt, Romance
Disclaimer : Detective Conan © Aoyama Gosho
At Train Station © Toge Hattori
Pairing : ShinRan
Warning : Abal, OOC, Ran’s POV, Typo, de-el-el
DON’T LIKE, DON’T READ!

Hari ini masih menjadi bagian awal dari bulan Juni, awal dari semester baru dan bagian awal juga untuk menjadi seorang siswi SMA. Bukankah terlalu awal juga jika disaat seperti ini sudah ada masalah yang datang?
Sekolah itu merepotan
Itu yang terlintas di otakku saat telingaku menangkap berita bahwa ada anak SMA yang terjun dari atap gedung karena patah hati. Bukankah itu terlalu over? Apakah sebegitunya jika cintamu ditolak atau bahkan dikhianati? Hey! Hidupmu terlalu berharga untuk dikorbankan demi sesuatu yang dinamakan cinta atau sebutlah itu patah hati.
Aku bosan
Itu yang kurasakan saat ini. Aku lelah dengan semuanya. Oh ayolah! Ini begitu tak adil bagiku. Aku telah menunggunya. Dan, inikah balasannya? Sepertinya, untuk sementara, aku tak mau waktu mempertemukanku dengannya di ..-sekolah. Kenapa? Karena dia kakak kelasku. Caranya? Bolos. Ya, itu keputusanku sekarang.
Aku membulatkan tekadku untuk membolos. Terdengar sangat berlebihan? Maklumi saja, karena ini adalah bolos pertamaku. Jadi, anggaplah semua kelakuan overku ini sebagai hal-yang-wajar.
Aku mulai membalikan arah langkahku yang tadinya menuju sekolah yang sering disebut SMA Teitan atau kerennya Teitan Senior High School. Sekolah ter-elite ke-3 di Jepang. Banyak orang yang ingin diterima di sekolah ini. Sedangkan aku? Aku yang sudah diterima malah membolos seperti ini. Hah! Yasudahlah, toh ini baru yang pertama
.
.
-At Train Station-
.
.
Langkahku sampai disebuah stasiun kereta. Segera saja aku membeli tiket dan segera juga aku masuk gerbong kereta yang cukup bersih itu. Digerbong ini, sepertinya hanya aku yang berstatus siswa SMA. Jadi, tak ada satu pun yang berseragam. Kereta ini sepi.
Aku melihat kea rah luar, ku topang daguku dengan tangan berkulit pucatku. Memang, pemandangan yang ku lihat sekarang adalah pemandangan yang rutin ku lihat setiap harinya. Tapi anehnya, aku menikmati pemandangan ini seolah ini tak pernah ku lihat. Mataku tetap terpaku ke arah luar, sementara tanganku mengeluarkan kotak makan siangku dan memulai semacam piknik sederhana.
“Hei, kau Ran Mouri?”

Deg!
Ada yang mengenaliku?
Spontan, aku menghentikan piknikku sejenak dan aku mulai menoleh ke arah suara berat tadi. Sepertinya aku kenal suara ini. Suara ini milik ….
“KUDO SENSEI? KENAPA DISINI?” aku kaget to the max saat melihat orang itu. Seorang pemuda berkulit putih, dengan rambut depan yang spike dan bagian belakangnya tertata rapi. Dia, orang yang ku kenal selama 2 minggu ini. Dia guruku. Tepatnya, mantan guruku. Yaa, dia anak kuliahan yang sedang praktek mengajar dikelasku  -sampai kemarin-
“Jawab aku. Kamu Ran Mouri kan?” tanyanya penuh selidik
“Iya ..” aku hanya mampu menunduk. Menyembunyikan wajahku darinya.
“lalu? Apa yang kamu lakukan disini?” tanyanya lagi. Aku rasa guru yang ku panggil Kudo ini terkena kepo.
“Jalan – jalan” jawabku santai, lalu segera pergi dari guru kepo ini
TUNGGU!!
Teriakan itu membuatku menoleh ke belakang dan lihatlah! Guru kepo ini memegang tanganku seperti di drama tv!
“Sekolahmu bagaimana?” ingin rasanya aku menggunakan karateku saat dia mulai bertanya lagi.
“Kamu apaan sih? Kamu bukan siapa – siapaku –“
“Aku gurumu!” potongnya cepat
“Ya, itu sampai kemarin. Dan sekarang sudah selesai! Biarkan saja aku” dan aku mulai membentaknya.
“Gak bisa! Well, kita akan turun di stasiun berikutnya dan membawamu kembali”
“No way!” aku sudah meneriakinya sekarang. Ayolah, meski penumpang gerbong ini tak banyak, aku tetap ingin menghilang sekarang. Kenapa? Aku menjadi bahan tontonan di gerbong ini.
“Sekali saja boleh kan? Selama ini aku anak yang rajin,” lanjutku
“a-aku, aku terlalu lelah dengan banyak hal. Sekolah, cinta, dan lainnya” aku mulai menunduk dan hampir menangis
Mungkin kalian bertanya – tanya. Kenapa aku sekarang? Oke, akan kuceritakan.
Aku seperti ini karena kakak kelasku, Tomoaki Araide. Karena Araide-nii, aku berusaha keras agar masuk sekolah yang sama dengannya –SMA Teitan- Hasilnya? Aku lulus dengan nilai yang sangat baik ditambah lagi hasil dari test masuk, aku terbaik kedua. Aku. Sangat. Senang. Aku tak sabar menunjukan hasil ini ke Araide-nii saat hari pertama sekolah. Ketika hari itu –hari pertama sekolah- datang, aku begitu semangat berangkat sekolah. Bahkan ketika baru saja aku menjejakkan kakiku di SMA baruku. Dia –Araide nii- adalah orang yang pertama ku cari.
Tapi …
Semua berubah ketika ..
“Ohayou Ran-chan! Omedeeto! Oh yaa, Kochira wa Nami-chan,watashi no koibito ”
Kalimat itu seakan membunuhku
Kalimat itu merusak hari pertamaku
Kalimat itu membuatku kehilangan tujuanku untuk sekolah

At Train Station
Hening.
“…”
“…”
“Kudo sensei,” aku memulai
Guruku –mantan- yang ku panggil Kudo itu hanya menatap kuu. Tatapan matanya seolah menyuruhku melanjutkan kata – kataku.
“Kudo sensei, bolehkah aku cerita padamu? Aku lelah,” aku kembali menunduk, ingin menangis rasanya.

Grep!
Mataku terbelalak. Apa ini? Kudo sensei memelukku?
“Ceritakanlah. Dan panggil aku dengan namaku,” Kudo sensei makin mengeratkan pelukannya.
“Shinichi sensei?” aku mendongakan kepalaku
“tanpa embel – embel sensei.”
“tak apa kah?” aku masih mendongak.
“…” dia tak menjawab
“baiklah, Shinichi-kun,”
Aku mulai bercerita tentang Araide-nii yang membuatku begini. Semakin aku bercerita, semakin erat terasa pelukan Kudo – hmm, Shinichi.
Aku sedikit menjauh beberapa senti dari dada bidangnya. Ku tatap wajahnya yang sedikit kabur akibat air mataku. Hey! Apakah aku menangis?
Terlihat wajah Shinichi yang semakin dekat. Sangat dekat hingga aku bisa merasakan nafasnya yang hangat yang membelai kulitku. Mungkinkah? Aku hanya bisa menutup mataku, aku takut melihat semua. Semakin lama, aku merasakan nafas Shinichi menuju kearah telingaku. Bibirnya, dengan lembut menyentuh telingaku.
Dan ..
“Tenanglah, aku akan menemanimu sampai kau tenang, Ran-chan”
Deg!
Mataku membulat. Kaget? Pastinya. Aku pikir akan terjadi lebih. Argh! Aku mengacak – acak rambutku yang telah ku tata sangat rapi sebelumnya. Ayolah Ran! Apa yang kau pikirkan? Shinichi tak mungkin melakukan ‘itu’ dengan mu –mantan murid- apalagi di depan umum. Aku mulai merutuki diri sendiri.
“Kamu mau kemana?” suara Shinichi membuatku berhenti sejenak dari aktivitasku –merutuki diri-
“Kemana saja, asal jangan ke sekolah,” aku membuang muka –muka frustasi- dari Shinichi
“Kamu kenapa? Frustasi banget ya?”
“eh? Oh! Tidak kok, Shin”
At Train Station
Aku ini siswi yang rajin. Sejak SD aku tak pernah bolos. Dan ini yang pertama kalinya. Tapi tetap saja, ini tak istimewa dan aku juga tak hebat karna ini. Aku bahkan tak mendapat penghargaan karna ini. Haaah, aku semakin tak mengerti apa tujuanku untuk hidup. Terdengar seperti orang bodoh bukan? Aku rasa begitu. Aku begitu bodoh yang tak tahu hidupnya untuk apa, tujuannya kemana. Tunggu! Apa aku seperti ini karna Araide-nii? Kalau iya, itu berarti aku akan melewati 3 tahunku dengan perasaan seperti itu?

You? Loser.
Seperti ada yang berkata begitu padaku? Ah, paling itu sisiku yang ‘lain’. Setidaknya, kata – kata tadi membuatku malas memikirkan 3 tahun galauku.
Kata – kata tadi membuatku untuk MOVE ON
Kata – kata tadi menyuruhku untuk tidak berpikir seperti itu seberapapun beratnya

Jezzz ~
Keretaku telah sampai di stasiun kedua. Langit cerah! Gunam saat melihat langit Tokyo. Cerah itu membuatku yakin, Aku. Bisa. Tanpamu. Araide-nii
“Aw! Itu dingin Shinichi-kun!” aku kaget saat sesuatu seperti tabung seng yang dingin menyentuh pipiku.
“aku pikir kamu haus. Jadi aku belikan,” Shinichi tersenyum innocent ke arahku. Dia lalu memberiku sekaleng cola untukku.
“ta-tapi, aku lapar. Hehe” aku nyengir sambil memegangi perutku.
“apa? Kamu kan sudah makan tadi, Ran-chan?”
tapi gimana lagi? Aku lapar. Aku pergi dulu ya. Kamu tunggu disini,” aku beranjak menuju toko makanan yang berjarak 300 meter (kira – kira) dari aku dan Shinichi
“kemana?” tanyanya khawatir.
“ke toko yang disana tuh. Tunggu ya!” aku pergi dan melambai padanya
5 menit kemudian ..
Ah senangnya! Perutku serasa penuh dan tenagaku seakan – akan cukup untuk 2 hari kedepan. Terlebih, untuk hari bolosku ini, aku akan berjalan – jalan tanpa rasa capai pastinya. Tenang saja, aku tak melupakan (mantan) guru kepo ku kok. Aku membelikannya sebuah bento, aku tak tau apa dia suka atau tidak. Itu terserah dia mau menerima atau tidak.
Aku tetap berjalan, menenteng bento ini dengan wajah riang, berjalan menuju tempatku berpisah dengan Shinichi beberapa menit lalu. Tapi waktu sepertinya berjalan tanpa ijinku, ia membuat Shinichi pergi, Shinichi … menghilang! Ia tak ada dimanapun. Seolah tenagaku ingin ikut menghilang bersama Shinichi, lututku mulai melemas, ingatanku akan tempat ini seolah – olah pergi … tempat ini begitu asing sekarang. Tak ada yang ku kenal.
“Ran! Apa yang kau lakukan! Cepat naikkk!” Shinichi menarikku ke kereta yang nyaris pergi.
Yang benar saja, ditarik saat kereta mulai bergegas membuatku seolah terbang memasuki kereta. You know? It’s so strange.
“BISAKAH KAU MEMANGGILKU 3 MENIT SEBELUM KERETA BERGEGAS? KAU MEMBUATKU HAMPIR MATI!” Ingin rasanya aku memukul laki – laki ini. Jika saja dia melepaskan tanganku sedikit saja, aku mungkin sudah terlepas.
“Gomen, yang penting kau selamat sekarang. Hehe ..” Dia menjawabnya dengan tampang innoncent yang membuatku semakin gatal ingin memberinya sebuah jurus karate yang baru diajarkan senseiku kemarin.
“Terserahlah ..” Aku hanya memalingkan mukaku, kesal rasanya. Dia menghilang tiba – tiba dan muncul lagi dengan anehnya. Bahkan nyaris membuatku mati.
“Ini … bentomu, aku lama karna ini. Makanlah.” Lanjutku lagi.
“Arigatou Ran-chan~! Itadakimasuuuuu” Shinichi, dia (masih) dengan tampang innoncentnya.
“Selanjutnya kita kemana?” lanjutnya.
Aku terdiam. Ini sudah terlalu jauh dari sekolah. Aku bisa saja terus ke stasiun – stasiun berikutnya. Tapi suatu saat, kereta – kereta ini akan sepi, Shinichi juga takkan terus menemaniku. Semua orang yang ada disini akan turun, Shinichi juga pasti akan turun. Lalu bagaimana denganku? Aku tak mungkin terus pergi tanpa arah seperti ini .
“Aku akan ke sekolah” jawabku dengan senyum
“serius?”
“iya,” kubuat tatapanku seyakin mungkin.
“aku sudah lebih tenang kok” ku tunjukkan senyuman khasku padanya.
“yasudah, aku akan menjutkan perjalananku, jika ada masalah kau bisa mengirimiku email, aku pasti akan membalasnya” Shinichi mengelus kepalaku dan memelukku sekejap.
“Hai!”
..
.
Haaaahh! Rasanya aku kembali bersemangat. Pelajaran Bahasa Inggris besok terasa begitu ku nanti, aku tak tau mengapa, yang jelas aku sekarang akan kembali pulang, kembali menikmati pemandangan dengan caraku sendiri. Dagu ku kembali tertopang dan menghadap jendela, mengisi kejenuhan saat sang kereta mengantarkan pulang.

Esok harinya,
RAAANN!
Seorang cowok berlari kearahku dengan wajah khawatir. Terlalu berlebihan gayanya, sehingga semua mata tertuju padanya. Walaupun itu bukan diriku, tapi aku juga ikut malu
“Kamu kemarin kemana? Sakit? Kenapa gak masuk kemarin? Aku ingin mengajakmu jalan – jalan kemarin.” Dan sudah ku tebak siapa orangnya, seseorang yang membuatku sakit hati kemarin. Araide-nii.
Karna kau tahu!
Jawabku dalam hati. Aku harus jawab apa sekarang? Aku tak mau membuatnya merasa bersalah. Cinta memang tak bisa dipaksakan. Cinta itu sebuah pilihan. Pilihan yang kita jatuhkan di seseorang yang kita percaya. Dan itu, bukan salahnya untuk tidak memilihku.
“Ah, tidak apa kok. Aku ada urusan kemarin, sudah ya, aku ke kelas dulu. Jaa!” Aku meninggalkan dengan senyum riangku.
Ku keluarkan handphone ku, mengetik sebuah email yang diberikan padaku kemarin. Sepertinya, yang memiliki email ini akan senang menerima email dariku.
Shinichi-kun! Kau tau? Araide-nii, menyapaku dan mengkhawatirkanku. Padahal itu karnanya, hihi :D”
Drrrtt,
Tuh kan, balasannya cepat sekali~
Hontou? Dia sama sekali tak peka ya? Dasar .. orang bodoh!”
Aku tetap antusias mengetik balasan – balasan selanjutnya. Dan ini takkan berhenti, aku ingin selalu memberinya kabar tentang ku disekolah, tentang kehidupan remaja sekarang, psikis remaja dan banyak hal lainnya. Aku lakukan ini semua karna ingin membantunya menjadi guru yang mengerti apa mau muridnya. Dan semoga berhasil.

2 tahun kemudian,
Hari ini, Shinichi mengirimiku email. Dia bilang, dia sudah menjadi guru dan akan mengajar disekolahku. Aku kini duduk dikelas 3 SMA dan sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir. Ah, aku harap ia yang mengajar dikelasku. Kata orang, waktu berjalan begitu cepat. Itu benar, aku baru tersadar kalau aku menunggu Shinichi selama kurang lebih 2 tahun lamanya. Mungkin, itu terjadi akibat kesabaranku menunggu Shinichi sangat besar daripada kejenuhanku. Selama 2 tahun, aku hanya berpikir tak masalah seberapa lama aku menunggu, asalkan Shinichi datang dengan senyumnya nanti, aku tidak apa - apa.
Kini, aku berada di stasiun saat Shinichi hampir membuatku mati. Bila diingat lagi, aku ingin tertawa terbahak – bahak. Mau gimana lagi? Shinichi saat itu sangat konyol sih.
Aaahh~
Angin menerbangkan topi biruku. Memang harganya tak seberapa, tapi tetap saja, aku menyukai topi itu. Karna itu juga, aku mesti berlari mengejar – ngejar topi layaknya anak kecil mengejar kupu – kupu. Dan … aku berterimakasih sekali pada orang yang menangkap topiku ini, dan sepertinya harus minta maaf juga karna topiku telah mengenainya.
“Ini punyamu?” seseorang pemuda menyodorkan topiku sambil menunduk
“Iya, makasih dan maaf …” aku terhenti, entah mengapa rambut pemuda ini begitu familiar bagiku. Spike dan bagian belakang tertata rapi itu …
“Shinichi sensei?” aku menguncang bahu pemuda itu
“Nani?” pemuda yang kupanggil Shinichi ini mengangkat wajahnya dengan senyum innoncent-nya. Hihi, kalian bisa bayangkan seberapa imutnya dia.
“Aaaaa” Aku menghambur ke pelukannya dan berteriak di dada bidangnya.
“Padahal aku berharap yang lebih romantis, lebih berkenang” ia cemberut sebentar lalu mencium keningku
“justru yang unik seperti ini yang lebih berkenang tau!” aku mengeratkan pelukanku seperti tak ingin lepas. Memang sebenarnya tak ingin lepas sih. Haha :D
~Tamat~!



Well? What do you think? ;;)
Rise
and
Shine~

TogeHattori


0 comments:

Post a Comment

 
Sayuki Yuno ☮ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template